Sabtu, Juni 16, 2012

ASYIKNYA DUNIA DAKWAH DENGAN KATA


Oleh: Nadia Rahmatul Ummah
Inginku Menjadi Seorang Penulis
Sebuah keadaan yang memotivasiku masuk FLP, ingin menyampaikan dengan rangkaian kata berita, cerita dan opini yang tak sempat terdengar oleh orang-orang. Maka dengan keadaan itu aku ingin menjadi seorang perangkai kata yang biasa disebut dengan penulis.
Tak dapat dicegah keinginanku untuk menjadi seorang penulis. Kata orang hobiku ini tak akan menghasilkan apa-apa. Orang bilang hidup ini akan madesu jika menjadi seorang penulis, taapi tak mudah tergoyahkan asaku untuk berkecimpung di dunia kepenulisan.
Aku bilang “NO”, tidak, dengan menulis masa depan kita akan cerah karena ada banyak ilmu yang didapat dari menulis serta modal menulis yaitu membaca. Dengan ilmu kita bisa mendapatkan penghasilan, contohnya saja JK. Rowling, penulis cerita Harry Potter yang sangat kaya setelah menulis buku Harry Potter.
Menjadi seorang penulis? Tentu saja itu hal yang paling menarik bagiku, hal yang paling penting bagiku. Pertama kali aku tertarik dengan dunia ini waktu aku masih kelas 5 SD setelah membaca kumpulan cerpennya Afifah Afra Amatulloh, waktu itu aku berpikir seandainya aku jadi penulis seperti dia aku bisa menciptakan duniaku yang baru, dunia anak yang penuh keceriaan. Seiring waktu berjalan hingga aku mengerti bahwa dengan menulis aku tahu betapa berharganya ilmu yang kita punya untuk orang lain. Dari menulis setidaknya kita bisa menularkan sedikit yang kita tahu pada orang-orang terdekat. Dan dari menulis kita tahu siapa diri kita. Dan dengan menulis kita bisa sehat, karena dengan menulis kita bisa meluapkan emosi kita tanpa harus marah tak karuan atau sedih yang berlarut-larut.
Setelah aku benar-benar terjun di dunia kepenulisan itu membuat aku semakin terobsesi menjadi seorang penulis yang hebat, seorang penulis yang mampu mengubah paradigma-paradigma di lingkungan masyarakat. Dengan kata lain aku lah yang akan mengubah dunia menjadi lebih baik dengan kata-kata dari hati.
Semakin kuat keinginanku semakin bertambah pula pengetahuan dan pengalamanku di dunia kepenulisan. Ada pengalaman yang sangat menyenangkan ketika aku duduk di bangku SMA aku pernah ikut menulis di salah satu koran harian kota, dengan modal kemampuan menulis yang masih rendah, walau hanya beberapa bulan bertahan tapi ada hal yang baru yang kudapatkan, pengalaman menulis.
Masuk FLP adalah impianku sejak aku mengenal novel-novel karya anggota FLP, aku sangat ingin mengetahui apa itu FLP, tak lama aku menunggu impian itu terwujud, akhirnya aku masuk FLP Subang setahun yang lalu. Ternyata FLP membuatku termotivasi kembali menulis dan menghasilkan karya-karya. Takdir berkata lain, aku tak lama di FLP Subang, karena kepindahanku ke Depok aku tak bisa melanjutkan di FLP Subang.
Akhirnya aku mencari FLP Depok, ingin aku kembali bergelut di dunia FLP, tulis menulis. Aku mendapatkan informasi FLP Depok dari teman di kampusku. Bermula dari hobbi yang sama, menulis, kami bertukar pengalaman dan tips menulis.
Dengan hadirnya FLP membantu orang-orang yang punya bakat di dunia kepenulisan dan juga dakwah di muka bumi, karena dengan menulis kita menyampaikan opini, pendapat dan ilmu yang akan diserap oleh pembaca.
Dakwah dengan Tulisan
Tugas kita sebagai khalifah di muka bumi ini adalah menyampaikan kebenaran, apalagi sebagai seorang muslim dan muslimah, salah satu cara berdakwah adalah lewat tulisan dengan menulis artikel, esai, bahkan buku-buku islami merupakan proses dakwah, menyampaikan kebenaran kepaada pembaca, dakwah seperti ini disebut DAKWAH BIL QOLAM, dakwah lewat tulisan.
Aku pernah membaca artikel tentang dakwah lewat tulisan dan juga mendapat petuah atau nasihat dari seorang penulis muda di FLP Subang tentang kemudahan dan pentingnya dakwah lewat tulisan.
Dakwah yang kita sampaikan lebih tahan lama jika dituangkan dalam tulisan, tidak gampang hilang ataupun lenyap. Tiap saat, tiap waktu, bisa dibaca dan dibaca lagi. Seandainya ketika suatu saat iman kita lagi turun kita bisa membaca lagi tulisan yang sudah kita buat.
Dalam dakwah lewat tulisan juga apa yang telah kita tulis bisa dikoreksi lagi atau diralat. Kalau ada kata-kata yang salah atau kurang pas, bisa kita ganti lagi dengan kata-kata yang lebih bagus dan baik agar sampai kepada orang lain dengan baik pula.
Dakwah lewat tulisan itu lebih sopan. Kata-kata lewat tulisan yang kita sampaikan itu bisa kita kemas dengan bahasa yang halus dan sopan, tapi yang penting juga harus tepat sasaran dan orang lain yang baca bisa paham maksud kita.
Kita tak perlu capek menyampaikan ceramah keagamaan di pengajian-pengajian, kita hanya tinggal duduk di depan komputer atau merangkai kata di atas kertas.
Dakwah lewat tulisan itu lebih keren. Orang bilang seorang penulis dengan seorang penceramah itu masih kerenan penulis. Contohnya Kang Abik dengan novel “Ayat-ayat Cinta” yang bisa mempengaruhi masyarakat yang belum mengerti betul tentang islam, ada Tere-Liye, Tasaro dan penulis lainnya.
 So, dengan mengetahui kemudahan dan manfaat dakwah lewat tulisan aku ingin kegiatan menulis ini agar lebih bermakna buat semua orang.
Dengan adanya Forum Lingkar Pena sebagai wadah para penulis untuk melatih dan mengasah kemampuan menulisnya ini aku ingin berdakwah lewat tulisan dan asyiknya mengembara di dunia kata. Kelak akan lahir para penulis besar yang mengusung dakwah islam untuk mengubah dunia dan membangun peradaban islam yang gemilang dengan tulisan-tulisannya. Amiin.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar