Inginku Menjadi Seorang
Penulis
Sebuah
keadaan yang memotivasiku masuk FLP, ingin menyampaikan dengan rangkaian kata
berita, cerita dan opini yang tak sempat terdengar oleh orang-orang. Maka dengan
keadaan itu aku ingin menjadi seorang perangkai kata yang biasa disebut dengan
penulis.
Tak
dapat dicegah keinginanku untuk menjadi seorang penulis. Kata orang hobiku ini
tak akan menghasilkan apa-apa. Orang bilang hidup ini akan madesu jika menjadi
seorang penulis, taapi tak mudah tergoyahkan asaku untuk berkecimpung di dunia
kepenulisan.
Aku
bilang “NO”, tidak, dengan menulis masa depan kita akan cerah karena ada banyak
ilmu yang didapat dari menulis serta modal menulis yaitu membaca. Dengan ilmu
kita bisa mendapatkan penghasilan, contohnya saja JK. Rowling, penulis cerita
Harry Potter yang sangat kaya setelah menulis buku Harry Potter.
Menjadi seorang penulis? Tentu saja itu hal yang paling menarik bagiku, hal
yang paling penting bagiku. Pertama kali aku tertarik dengan dunia ini waktu
aku masih kelas 5 SD setelah membaca kumpulan cerpennya Afifah Afra Amatulloh,
waktu itu aku berpikir seandainya aku jadi penulis seperti dia aku bisa
menciptakan duniaku yang baru, dunia anak yang penuh keceriaan. Seiring waktu
berjalan hingga aku mengerti bahwa dengan menulis aku tahu betapa berharganya
ilmu yang kita punya untuk orang lain. Dari menulis setidaknya kita bisa
menularkan sedikit yang kita tahu pada orang-orang terdekat. Dan dari menulis
kita tahu siapa diri kita. Dan dengan menulis kita bisa sehat, karena dengan
menulis kita bisa meluapkan emosi kita tanpa harus marah tak karuan atau sedih
yang berlarut-larut.
Setelah
aku benar-benar terjun di dunia kepenulisan itu membuat aku semakin terobsesi
menjadi seorang penulis yang hebat, seorang penulis yang mampu mengubah
paradigma-paradigma di lingkungan masyarakat. Dengan kata lain aku lah yang
akan mengubah dunia menjadi lebih baik dengan kata-kata dari hati.
Semakin
kuat keinginanku semakin bertambah pula pengetahuan dan pengalamanku di dunia
kepenulisan. Ada pengalaman yang sangat menyenangkan ketika aku duduk di bangku
SMA aku pernah ikut menulis di salah satu koran harian kota, dengan modal
kemampuan menulis yang masih rendah, walau hanya beberapa bulan bertahan tapi
ada hal yang baru yang kudapatkan, pengalaman menulis.
Masuk
FLP adalah impianku sejak aku mengenal novel-novel karya anggota FLP, aku
sangat ingin mengetahui apa itu FLP, tak lama aku menunggu impian itu terwujud,
akhirnya aku masuk FLP Subang setahun yang lalu. Ternyata FLP membuatku
termotivasi kembali menulis dan menghasilkan karya-karya. Takdir berkata lain,
aku tak lama di FLP Subang, karena kepindahanku ke Depok aku tak bisa
melanjutkan di FLP Subang.
Akhirnya
aku mencari FLP Depok, ingin aku kembali bergelut di dunia FLP, tulis menulis.
Aku mendapatkan informasi FLP Depok dari teman di kampusku. Bermula dari hobbi
yang sama, menulis, kami bertukar pengalaman dan tips menulis.
Dengan
hadirnya FLP membantu orang-orang yang punya bakat di dunia kepenulisan dan
juga dakwah di muka bumi, karena dengan menulis kita menyampaikan opini,
pendapat dan ilmu yang akan diserap oleh pembaca.
Dakwah dengan Tulisan
Tugas
kita sebagai khalifah di muka bumi ini adalah menyampaikan kebenaran, apalagi
sebagai seorang muslim dan muslimah, salah satu cara berdakwah adalah lewat
tulisan dengan menulis artikel, esai, bahkan buku-buku islami merupakan proses
dakwah, menyampaikan kebenaran kepaada pembaca, dakwah seperti ini disebut
DAKWAH BIL QOLAM, dakwah lewat tulisan.
Aku pernah membaca artikel tentang dakwah lewat tulisan dan juga mendapat
petuah atau nasihat dari seorang penulis muda di FLP Subang tentang kemudahan
dan pentingnya dakwah lewat tulisan.
Dakwah
yang kita sampaikan lebih tahan lama jika dituangkan dalam tulisan, tidak gampang hilang ataupun lenyap. Tiap saat, tiap
waktu, bisa dibaca dan dibaca lagi. Seandainya ketika suatu saat iman kita lagi
turun kita bisa membaca lagi tulisan yang sudah kita buat.
Dalam dakwah lewat tulisan juga apa yang telah kita tulis bisa dikoreksi lagi atau diralat. Kalau ada kata-kata yang salah atau kurang
pas, bisa kita ganti lagi dengan kata-kata yang lebih bagus dan baik agar
sampai kepada orang lain dengan baik pula.
Dakwah
lewat tulisan itu lebih sopan. Kata-kata lewat tulisan yang kita sampaikan itu
bisa kita kemas dengan bahasa yang halus dan sopan, tapi yang penting juga
harus tepat sasaran dan orang lain yang baca bisa paham maksud kita.
Kita
tak perlu capek menyampaikan ceramah keagamaan di pengajian-pengajian, kita
hanya tinggal duduk di depan komputer atau merangkai kata di atas kertas.
Dakwah
lewat tulisan itu lebih keren. Orang
bilang seorang penulis dengan seorang penceramah itu masih
kerenan penulis. Contohnya Kang Abik dengan novel “Ayat-ayat Cinta” yang bisa mempengaruhi
masyarakat yang belum mengerti betul tentang islam, ada Tere-Liye, Tasaro dan penulis lainnya.
So, dengan mengetahui kemudahan dan manfaat dakwah lewat tulisan aku ingin kegiatan menulis ini agar
lebih bermakna buat semua orang.
Dengan adanya Forum Lingkar Pena sebagai wadah para penulis untuk melatih
dan mengasah kemampuan menulisnya ini aku ingin berdakwah lewat tulisan dan
asyiknya mengembara di dunia kata. Kelak akan lahir para penulis besar yang
mengusung dakwah islam untuk mengubah dunia dan membangun peradaban islam yang gemilang dengan
tulisan-tulisannya. Amiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar