Oleh: Nadia Rahmatul Ummah
“Waduh...waduh... sarjana kok pengangguran”
“Ngapain kuliah? Sarjana juga belum tentu dapat
pekerjaan”
Mungkin kalimat tadi sering terlontar dari sebagian
masyarakat kita yang menilai dan melihat para sarjana atau lulusan perguruan
tinggi yang menganggur dan belum mempunyai pekerjaan, apalagi jika para lulusan
perguruan tinggi itu menganggur selama berbulan-bulan.
Pantaskah seorang sarjana dan lulusan perguruan tinggi
mendapat pernyataan seperti tadi?.
Tentu saja hal ini menjadi masalah bagi mereka yang sudah
lulus kuliah, bahkan membuat cemas orang-orang yang sedang duduk di bangku
kuliah, mereka akan bertanya-tanya, “apakah saya bisa mendapatkan pekerjaan
setelah saya lulus?”. Demikian juga bagi para pelajar yang sebentar lagi akan
masuk perguruan tinggi, mereka mengatasi kecemasan mereka dengan memilih
beberapa perguruan tinggi yang mereka nilai dapat menyalurkan mereka ke
tempat-tempat kerja nantinya.
Sekarang siapa saja bisa masuk perguruan tinggi dengan
beasiswa bagi yang berprestasi, kuliah dengan bantuan pemerintah karena tidak
mampu, sedangkan pada zaman dahulu jarang sekali orang bisa kuliah karena
kondisi ekonomi yang tidak memungkinkan ia bisa masuk perkuliahan yang
terhitung mahal biayanya. Namun, sayangnya hal ini tidak diimbangi dengan
komitmen pemerintah untuk menyediakan lapangan pekerjaan.
Sistem pendidikan di Indonesia ini rata-rata menempa para
pelajar dan mahasiswanya agar berpikiran keras untuk mendapatkan pekerjaan,
bukan membuka lapangan kerja. Hal ini tentu saja melahirkan para alumni yang
kualitasnya masih kurang.
Dari Badan Pusat Statistik atau BPS diperoleh data
pengangguran di Indonesia dengan jumlah sebagai berikut:
Pengangguran yang berpendidikan minimal SMA sekitar 3.074.946
data terakhir pada Agustus 2011, lulusan Diploma 3 atau akademi berjumlah
244.687 dan lulusan universitas adalah 492.343 dan jumlah total keseluruhan
data pengangguran di Indonesia dari mulai yang tidak memiliki basic pendidikan
formal, SD, SMP, SMA sampai Diploma 3 dan perguruan tinggi adalah 7.700.086.
Pengangguran ini berdampak pada GNP (Gross National
Product) dan pendapatan per kapita
negara, GNP dan pendapatan per kapita negara menjadi menurun.
Kemudian jika dibandingkan dengan data perguruan tinggi,
mahasiswa dan para alumninya di Indonesia, perguruan tinggi banyak,
pengangguran pun banyak, karena seperti yang disebutkan tadi, pemerintah belum
menyediakan lapangan pekerjaan seiring dengan bertambahnya para penghuni
perguruan tinggi yang sedang berproses menjadi pintar agar mendapat pekerjaan.
Dalam gambaran umum perguruan tinggi atau PT pada tahun
2009/2010 di Indonesia ada sekitar 3.011 perguruan tinggi, termasuk universitas
dengan jumlah 460, Institut sekitar 53, Sekolah Tinggi dapat dihitung dengan
angka 1.316, Akademi sekitar 1.015 dan Politeknik berjumlah 167.
Penyebab
Banyaknya Pengangguran
Pengangguran atau tuna karya artinya sama sekali tidak
memiliki pekerjaan, sehingga tidak ada penghasilan baginya sedikitpun untuk
memenuhi kebutuhannya sehari-hari.
Ada beberapa faktor penyebab pengangguran di kalangan
masyarakat khususnya para sarjana dan lulusan perguruan tinggi, diantaranya ada faktor intern dan faktor ekstern.
Faktor internnya yaitu diri mereka sendiri yang belum
menyadari betapa pentingnya pendidikan dan keterampilan serta pembentukan
karakter bagi mereka, buktinya masih banyak anak-anak kuliahan yang tidak begitu
serius dengan kuliahnya, seolah di perguruan tinggi itu bebas. Bukan hanya
ketidaksadaran akan sebuah keterampilan tapi ada karena mereka malas untuk
belajar sejak dini tentang sebuah pekerjaan, dan juga mindset mereka akan
tujuan mereka setelah lulus kuliah, rata-rata dari mereka tujuan kuliah adalah
mendapatkan gelar agar mendapatkan pekerjaan di kantoran, agar mendapatkan
pekerjaan di bidang ini, di Perusahaan ini itu, mereka tidak berpikir seperti
para pengusaha yang menyediakan dan membuka lapangan pekerjaan sendiri.
Ada juga faktor eksternnya, ketidaksesuaian hasil yang
dicapai antara pendidikan dan lapangan pekerjaan, ketidakseimbangan antara
demand dan supply serta SDM yang kurang berkualitas.
Artinya, selain pemerintah yang diharapkan menyediakan
lapangan pekerjaan juga, perguruan tinggi juga harus menyesuaikan lowongan
pekerjaan dengan jurusan atau program studi di tempat kuliahnya.
Kebanyakan dari kita tujuan sekolah, menuntut ilmu atau
kuliah adalah supaya bisa bekerja, bekerja di kantor-kantor ternama di Kota,
tapi ada sebagian yang hanya ingin mendapatkan gaji meskipun kerja di
perusahaan, mungkin ini salah satu sebab angka pengangguran meningkat, padahal
masih ada solusi terbaik jika belum mendapatkan pekerjaan.
Dari yang saya dapatkan dalam beberapa pembahasan
pengangguran dari Anne Ahira, pengangguran itu ada beberapa macam, diantaranya
pengangguran terbuka, setengah menganggur dan pengangguran terselubung.
Pengangguran terbuka menurut Anne Ahira sang Asian Brain
ini adalah ditujukan kepada angkatan kerja yang benar-benar memang tidak
memiliki pekerjaan dan penghasilan. Padahal adakalanya mereka telah berusaha
mencari pekerjaan, namunsempitnya kesempatan yang ada akhirnya memunculkan
jenis pengangguran ini.
Setengah menganggur, ditujukan kepada orang yang
nampaknya bekerja namun tidak optimal. Biasanya didasarkan pada jam kerja yang
kurang dari semestinya. Ini bisa terjadi karena pekerjaan yang bisa dilakukan
seseorang, harus dilakukan dua orang karena keterbatasan lapangan kerja.
Pengangguran terselubung, hampir sama dengan setengah
menganggur. Hanya saja ini juga mencakup kemapuan seseorang yang tidak sepadan
dengan pekerjaan yang dilakukannya. Misalnya seorang sarjana yang terpaksa
menjadi penjaga toko.
Dampak
Pengangguran
Awal timbulnya pengangguran yaitu akibat dari kemiskinan.
Walaupun ia awalnya banyak uang lama kelamaan ia akan miskin karena uangnya terpakai
terus setiap hari tanpa ada pemasukan atau pendapatan baginya.
Biasanya kemiskinan itu akan membuat orang nekat
melakukan apapun demi mendapatkan uang untuk sesuap nasi, maka tidak dapat
dipungkiri kemiskinan ini akan menimbulkan suatu tindakan kriminal. Seperti
mencuri, melakukan penodongan, karena ia tak mampu mendapatkan pekerjaan yang
layak baginya, maka tindak kriminal inilah menjadi salah satu profesi bagi
sebagian orang. Selain itu juga akan meningkatkan jumlah pengemis dan
gelandangan.
Selain itu, dampaknya bagi negara akan menyebabkan
pendapatan nasional dari sektor pajak berkurang. Hal ini terjadi karena
pengangguran yang tinggi akan menyebabkan tingkat perekonomian menurun sehingga
pendapatan masyarakat pun akan menurun. Jika penerimaan pajak menurun, dana
untuk kegiatan ekonomi pemerintah juga akan berkurang maka kegiatan pembangunan
pun akan terus menurun.
Jika dilihat dari individu , orang yang menganggur itu
akan stres atau depresi, karena tidak bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tentu
saja akan merasa dikucilkan oleh masyarakat.
Cara
Mengatasi Pengangguran
Perlu disadari, salah satu penyebab pengangguran itu
adalah rendahnya tingkat pendidikan seseorang sehingga ia tidak memiliki
pengetahuan yang cukup untuk mendapatkan pekerjaan. Dengan permasalahan seperti
ini Pemerintah semestinya menyediakan pendidikan gratis bagi orang-orang yang
kurang mampu.
Lapangan pekerjaan di Indonesia sangatlah kurang jika
dibandingkan dengan jumlah perguruan tinggi dan jumlah penduduk, ini masih
kepada Pemerintah, dengan Pemerintah menyediakan lapangan pekerjaan bagi mereka
yang baru dan sudah lulus dari perguruan tinggi maka akan menurunkan angka
pengangguran yang jika dibiarkan akan semakin meningkat.
Salah satu rahasia untuk mendapatkan pekerjaan itu adalah
keterampilan, untuk memiliki keterampilan ini tidak lah mudah, perlu pelatihan
dari orang-orang atau lembaga yang sudah ahli dalam keterampilan tertentu,
misalnya menjahit, memasak dan mengolah sampah menjadi barang. Solusinya yaitu
dengan didirikannya tempat-tempat pelatihan dan Balai Keterampilan Kerja akan
menurunkan angka pengangguran, karena orang bisa bekerja dan mendapatkan
pekerjaan dengan keterampilannya. Ini yang bisa dijadikan petunjuk bagi para
mahasiswa untuk memiliki keterampilan dengan cara belajar keterampilan
disamping kesehariannya di kampus, bisa saja dengan cara menyelenggarakan
kegiatan ekstra kampus yang khusus mengasah keterampilan.
Ada hal yang bisa dilakukan untuk mendapatkan pekerjaan
yaitu dengan mendirikan UKM, dalam hal ini pemerintah diharapkan dapat
mendirikan suatu lembaga bantuan kredit, atau langsung bekerjasama dengan
bank-bank tertentu untuk memberikan kredit pada masyarakat.
Sebagai persiapan nantinya, para pelajar Indonesia perlu
dibekali pendidikan non formal yang menempa para pelajar untuk meningkatkan EQ,
memperbaiki moral dan membangun karakter mereka. Jadi, sebelum ia masuk
perguruan tinggi ia sudah berpikiran luas ke depan, ia akan memiliki tujuan tidak sebagai seorang karyawan kantoran tetapi
membuka lapangan usaha sendiri, bukan hanya itu mereka akan menjadi pengusaha
yang berkarakter baik. Namun, bagi para mahasiswa pun belum terlambat untuk
memperbaiki moralitas dan karakter serta watak yang lebih baik.
Dewasa ini sudah banyak anak muda yang mencoba merambah
dunia wirausaha, menjadi pengusaha muda menjadi ketertarikan di kalangan muda,
apalagi para mahasiswa yang berwawasan luas, tidak berpikiran sempit dan selalu
ingin mencoba yang lebih menarik. Karena mereka sadar setelah lulus nanti
mereka belum tentu mendapatkan pekerjaan.
Oleh karena itu bukan hanya dari pihak pemerintah saja
yang disalahkan dalam bab ini, kita lihat saja dari setiap individu
masing-masing.
Seperti disebutkan dalam Al-quran, bahwa Allah tidak akan
mengubah nasib suatu kelompok sebelum mereka mengubah nasibnya sendiri, berarti
kita harus bekerja keras untuk mengatasi pengangguran di Indonesia ini, kita
mulai saja dari tempat kita sendiri, desa kita sendiri, atau Kota tempat kita
tinggal.
Solusinya dimulai dari kehidupan kita sendiri, mulailah
dari hal yang paling kecil, mencoba berjualan kecil-kecilan, siapa tahu dari
hasil kita yang kecil bila dikumpulkan akan menjadi sesuatu yang besar, sesuai
dengan kata pepatah yang mengatakan sedikit demi sedikit demi sedikit lama-lama
menjadi bukit. Dengan hasil kecil-kecilan kita ini, kita bisa mengumpulkan dana
untuk membangun usaha kecil, meskipun modal kita kecil namun ada yang bisa kita
lakukan yaitu dengan meminjam ke BMT atau Bank.
Banyak sekali peluang yang bisa kita manfaatkan untuk
menurunkan angka pengangguran di Indonesia.
Dengan demikian, dapat kita simpulkan bahwa pengangguran
yang menimpa para lulusan perguruan tinggi dan sarjana karena beberapa faktor
penyebabnya dapat diturunkan dan dihindari dengan adanya beberapa solusi, dari
mulai usaha pemerintah dalam penambahan lapangan pekerjaan sampai masyarakat
dan lulusan perguruan tinggi yang mendirikan usaha serta memberi peluang usaha,
angka pengangguran pun akan menurun dan tidak akan menurunkan GNP serta para lulusan perguruan tinggi atau para
sarjana tidak akan mendengar celotehan masyarakat tentang sarjana yang
menganggur.
So, mulai sekarang jangan cemas dengan pernyataan
“Sarjana tapi pengangguran”, katakan dengan percaya diri dan buktikan bahwa
“Kami bukan sarjana yang pengangguran”.[]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar