Sabtu, Juni 16, 2012

KAMI BUKAN SARJANA PENGANGGURAN

Oleh: Nadia Rahmatul Ummah
“Waduh...waduh... sarjana kok pengangguran”
“Ngapain kuliah? Sarjana juga belum tentu dapat pekerjaan”
Mungkin kalimat tadi sering terlontar dari sebagian masyarakat kita yang menilai dan melihat para sarjana atau lulusan perguruan tinggi yang menganggur dan belum mempunyai pekerjaan, apalagi jika para lulusan perguruan tinggi itu menganggur selama berbulan-bulan.
Pantaskah seorang sarjana dan lulusan perguruan tinggi mendapat pernyataan seperti tadi?.
Tentu saja hal ini menjadi masalah bagi mereka yang sudah lulus kuliah, bahkan membuat cemas orang-orang yang sedang duduk di bangku kuliah, mereka akan bertanya-tanya, “apakah saya bisa mendapatkan pekerjaan setelah saya lulus?”. Demikian juga bagi para pelajar yang sebentar lagi akan masuk perguruan tinggi, mereka mengatasi kecemasan mereka dengan memilih beberapa perguruan tinggi yang mereka nilai dapat menyalurkan mereka ke tempat-tempat kerja nantinya.
Sekarang siapa saja bisa masuk perguruan tinggi dengan beasiswa bagi yang berprestasi, kuliah dengan bantuan pemerintah karena tidak mampu, sedangkan pada zaman dahulu jarang sekali orang bisa kuliah karena kondisi ekonomi yang tidak memungkinkan ia bisa masuk perkuliahan yang terhitung mahal biayanya. Namun, sayangnya hal ini tidak diimbangi dengan komitmen pemerintah untuk menyediakan lapangan pekerjaan.

Sistem pendidikan di Indonesia ini rata-rata menempa para pelajar dan mahasiswanya agar berpikiran keras untuk mendapatkan pekerjaan, bukan membuka lapangan kerja. Hal ini tentu saja melahirkan para alumni yang kualitasnya masih kurang.
Dari Badan Pusat Statistik atau BPS diperoleh data pengangguran di Indonesia dengan jumlah sebagai berikut:
Pengangguran yang berpendidikan minimal SMA sekitar 3.074.946 data terakhir pada Agustus 2011, lulusan Diploma 3 atau akademi berjumlah 244.687 dan lulusan universitas adalah 492.343 dan jumlah total keseluruhan data pengangguran di Indonesia dari mulai yang tidak memiliki basic pendidikan formal, SD, SMP, SMA sampai Diploma 3 dan perguruan tinggi adalah 7.700.086.
Pengangguran ini berdampak pada GNP (Gross National Product)  dan pendapatan per kapita negara, GNP dan pendapatan per kapita negara menjadi menurun.
Kemudian jika dibandingkan dengan data perguruan tinggi, mahasiswa dan para alumninya di Indonesia, perguruan tinggi banyak, pengangguran pun banyak, karena seperti yang disebutkan tadi, pemerintah belum menyediakan lapangan pekerjaan seiring dengan bertambahnya para penghuni perguruan tinggi yang sedang berproses menjadi pintar agar mendapat pekerjaan.
Dalam gambaran umum perguruan tinggi atau PT pada tahun 2009/2010 di Indonesia ada sekitar 3.011 perguruan tinggi, termasuk universitas dengan jumlah 460, Institut sekitar 53, Sekolah Tinggi dapat dihitung dengan angka 1.316, Akademi sekitar 1.015 dan Politeknik  berjumlah 167.
Penyebab Banyaknya Pengangguran
Pengangguran atau tuna karya artinya sama sekali tidak memiliki pekerjaan, sehingga tidak ada penghasilan baginya sedikitpun untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari.
Ada beberapa faktor penyebab pengangguran di kalangan masyarakat khususnya para sarjana dan lulusan perguruan tinggi, diantaranya  ada faktor intern dan faktor ekstern.
Faktor internnya yaitu diri mereka sendiri yang belum menyadari betapa pentingnya pendidikan dan keterampilan serta pembentukan karakter bagi mereka, buktinya masih banyak anak-anak kuliahan yang tidak begitu serius dengan kuliahnya, seolah di perguruan tinggi itu bebas. Bukan hanya ketidaksadaran akan sebuah keterampilan tapi ada karena mereka malas untuk belajar sejak dini tentang sebuah pekerjaan, dan juga mindset mereka akan tujuan mereka setelah lulus kuliah, rata-rata dari mereka tujuan kuliah adalah mendapatkan gelar agar mendapatkan pekerjaan di kantoran, agar mendapatkan pekerjaan di bidang ini, di Perusahaan ini itu, mereka tidak berpikir seperti para pengusaha yang menyediakan dan membuka lapangan pekerjaan sendiri.
Ada juga faktor eksternnya, ketidaksesuaian hasil yang dicapai antara pendidikan dan lapangan pekerjaan, ketidakseimbangan antara demand dan supply serta SDM yang kurang berkualitas.
Artinya, selain pemerintah yang diharapkan menyediakan lapangan pekerjaan juga, perguruan tinggi juga harus menyesuaikan lowongan pekerjaan dengan jurusan atau program studi di tempat kuliahnya.
Kebanyakan dari kita tujuan sekolah, menuntut ilmu atau kuliah adalah supaya bisa bekerja, bekerja di kantor-kantor ternama di Kota, tapi ada sebagian yang hanya ingin mendapatkan gaji meskipun kerja di perusahaan, mungkin ini salah satu sebab angka pengangguran meningkat, padahal masih ada solusi terbaik jika belum mendapatkan pekerjaan.
Dari yang saya dapatkan dalam beberapa pembahasan pengangguran dari Anne Ahira, pengangguran itu ada beberapa macam, diantaranya pengangguran terbuka, setengah menganggur dan pengangguran terselubung.
Pengangguran terbuka menurut Anne Ahira sang Asian Brain ini adalah ditujukan kepada angkatan kerja yang benar-benar memang tidak memiliki pekerjaan dan penghasilan. Padahal adakalanya mereka telah berusaha mencari pekerjaan, namunsempitnya kesempatan yang ada akhirnya memunculkan jenis pengangguran ini.
Setengah menganggur, ditujukan kepada orang yang nampaknya bekerja namun tidak optimal. Biasanya didasarkan pada jam kerja yang kurang dari semestinya. Ini bisa terjadi karena pekerjaan yang bisa dilakukan seseorang, harus dilakukan dua orang karena keterbatasan lapangan kerja.
Pengangguran terselubung, hampir sama dengan setengah menganggur. Hanya saja ini juga mencakup kemapuan seseorang yang tidak sepadan dengan pekerjaan yang dilakukannya. Misalnya seorang sarjana yang terpaksa menjadi penjaga toko.
Dampak Pengangguran
Awal timbulnya pengangguran yaitu akibat dari kemiskinan. Walaupun ia awalnya banyak uang lama kelamaan ia akan miskin karena uangnya terpakai terus setiap hari tanpa ada pemasukan atau pendapatan baginya.
Biasanya kemiskinan itu akan membuat orang nekat melakukan apapun demi mendapatkan uang untuk sesuap nasi, maka tidak dapat dipungkiri kemiskinan ini akan menimbulkan suatu tindakan kriminal. Seperti mencuri, melakukan penodongan, karena ia tak mampu mendapatkan pekerjaan yang layak baginya, maka tindak kriminal inilah menjadi salah satu profesi bagi sebagian orang. Selain itu juga akan meningkatkan jumlah pengemis dan gelandangan.
Selain itu, dampaknya bagi negara akan menyebabkan pendapatan nasional dari sektor pajak berkurang. Hal ini terjadi karena pengangguran yang tinggi akan menyebabkan tingkat perekonomian menurun sehingga pendapatan masyarakat pun akan menurun. Jika penerimaan pajak menurun, dana untuk kegiatan ekonomi pemerintah juga akan berkurang maka kegiatan pembangunan pun akan terus menurun.
Jika dilihat dari individu , orang yang menganggur itu akan stres atau depresi, karena tidak bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tentu saja akan merasa dikucilkan oleh masyarakat.
Cara Mengatasi Pengangguran
Perlu disadari, salah satu penyebab pengangguran itu adalah rendahnya tingkat pendidikan seseorang sehingga ia tidak memiliki pengetahuan yang cukup untuk mendapatkan pekerjaan. Dengan permasalahan seperti ini Pemerintah semestinya menyediakan pendidikan gratis bagi orang-orang yang kurang mampu.
Lapangan pekerjaan di Indonesia sangatlah kurang jika dibandingkan dengan jumlah perguruan tinggi dan jumlah penduduk, ini masih kepada Pemerintah, dengan Pemerintah menyediakan lapangan pekerjaan bagi mereka yang baru dan sudah lulus dari perguruan tinggi maka akan menurunkan angka pengangguran yang jika dibiarkan akan semakin meningkat.
Salah satu rahasia untuk mendapatkan pekerjaan itu adalah keterampilan, untuk memiliki keterampilan ini tidak lah mudah, perlu pelatihan dari orang-orang atau lembaga yang sudah ahli dalam keterampilan tertentu, misalnya menjahit, memasak dan mengolah sampah menjadi barang. Solusinya yaitu dengan didirikannya tempat-tempat pelatihan dan Balai Keterampilan Kerja akan menurunkan angka pengangguran, karena orang bisa bekerja dan mendapatkan pekerjaan dengan keterampilannya. Ini yang bisa dijadikan petunjuk bagi para mahasiswa untuk memiliki keterampilan dengan cara belajar keterampilan disamping kesehariannya di kampus, bisa saja dengan cara menyelenggarakan kegiatan ekstra kampus yang khusus mengasah keterampilan.
Ada hal yang bisa dilakukan untuk mendapatkan pekerjaan yaitu dengan mendirikan UKM, dalam hal ini pemerintah diharapkan dapat mendirikan suatu lembaga bantuan kredit, atau langsung bekerjasama dengan bank-bank tertentu untuk memberikan kredit pada masyarakat.
Sebagai persiapan nantinya, para pelajar Indonesia perlu dibekali pendidikan non formal yang menempa para pelajar untuk meningkatkan EQ, memperbaiki moral dan membangun karakter mereka. Jadi, sebelum ia masuk perguruan tinggi ia sudah berpikiran luas ke depan, ia akan memiliki tujuan  tidak sebagai seorang karyawan kantoran tetapi membuka lapangan usaha sendiri, bukan hanya itu mereka akan menjadi pengusaha yang berkarakter baik. Namun, bagi para mahasiswa pun belum terlambat untuk memperbaiki moralitas dan karakter serta watak yang lebih baik.
Dewasa ini sudah banyak anak muda yang mencoba merambah dunia wirausaha, menjadi pengusaha muda menjadi ketertarikan di kalangan muda, apalagi para mahasiswa yang berwawasan luas, tidak berpikiran sempit dan selalu ingin mencoba yang lebih menarik. Karena mereka sadar setelah lulus nanti mereka belum tentu mendapatkan pekerjaan.
Oleh karena itu bukan hanya dari pihak pemerintah saja yang disalahkan dalam bab ini, kita lihat saja dari setiap individu masing-masing.
Seperti disebutkan dalam Al-quran, bahwa Allah tidak akan mengubah nasib suatu kelompok sebelum mereka mengubah nasibnya sendiri, berarti kita harus bekerja keras untuk mengatasi pengangguran di Indonesia ini, kita mulai saja dari tempat kita sendiri, desa kita sendiri, atau Kota tempat kita tinggal.
Solusinya dimulai dari kehidupan kita sendiri, mulailah dari hal yang paling kecil, mencoba berjualan kecil-kecilan, siapa tahu dari hasil kita yang kecil bila dikumpulkan akan menjadi sesuatu yang besar, sesuai dengan kata pepatah yang mengatakan sedikit demi sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit. Dengan hasil kecil-kecilan kita ini, kita bisa mengumpulkan dana untuk membangun usaha kecil, meskipun modal kita kecil namun ada yang bisa kita lakukan yaitu dengan meminjam ke BMT atau Bank.
Banyak sekali peluang yang bisa kita manfaatkan untuk menurunkan angka pengangguran di Indonesia.
Dengan demikian, dapat kita simpulkan bahwa pengangguran yang menimpa para lulusan perguruan tinggi dan sarjana karena beberapa faktor penyebabnya dapat diturunkan dan dihindari dengan adanya beberapa solusi, dari mulai usaha pemerintah dalam penambahan lapangan pekerjaan sampai masyarakat dan lulusan perguruan tinggi yang mendirikan usaha serta memberi peluang usaha, angka pengangguran pun akan menurun dan  tidak akan menurunkan GNP  serta para lulusan perguruan tinggi atau para sarjana tidak akan mendengar celotehan masyarakat tentang sarjana yang menganggur.
So, mulai sekarang jangan cemas dengan pernyataan “Sarjana tapi pengangguran”, katakan dengan percaya diri dan buktikan bahwa “Kami bukan sarjana yang pengangguran”.[]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar