Seperti guyuran hujan, hawanya begitu membekukan, dan ini membekukan aliran darahku, nafasku, detak jantungku, dan denyut nadiku. Jangan dikira aku telah mati, aku masih hidup, namun hidup dalam kematianku. Aku masih hidup, buktinya saja kamu masih bisa melihat air mataku yang jatuh satu persatu dan aku melihat matamu berkaca-kaca. Kasihankah kamu padaku? Tak tegakah kamu melihat seorang wanita menangis? Apalagi air mata yang dikeluarkan adalah air mata karenamu, air mata untuk semua perasaan takutku, air mata kehilanganmu.
Jangan bilang kamu lupa dengan perkataanmu,
"Akan ada pelangi di esok hari"Kenyataannya tak ada, yang tiba hanyalah awan mendung diikuti gelegar petir yang seolah ingin menyambarku disusul dengan deras hujan yang ingin mengguyurku sepuasnya. Masih ingatkah? Katamu hujan itu indah dan mengasikan namun terkadang menakutkan, dan sekarang bagiku hujan tidaklah indah ataupun mengasikan.
Ah, mungkin kamu lupa, atau pura-pura lupa?. Ya, kamu memang pelupa, makanya aku sering mengingatkanmu walaupun itu hal kecil yang seharusnya kamu ingat-ingat sendiri. Aku sudah seperti sekretaris pribadimu saja, padahal aku hanya sosok yang pernah mengisi ruang hatimu, entah berapa lama, aku tak tahu pasti. Ya, mungkin kamu lupa, kamu berjanji padku akan mengajakku menonton, jalan-jalan, menulis untukku, dan membawa hubungan kita kepada kebahagiaan meski di sekeliling kita tak mungkin menyetujuinya, belum genap dua bulan kamu mengatakannya, apa kamu sudah melupakannya sekarang?.
Sebatang cokelat kirimanmu kemarin malam tak mampu menghalau gelisah dan galauku, walau sebenarnya aku salut padamu, rupanya kamu tahu malam itu aku membutuhkan cokelat sebagai penawar galauku.
Dalam sekejap saja aku bisa menjadi menjadi kekanakan seperti sifatmu, manja seperti dirimu, itulah aku, seorang wanita yang telah terluka olehmu, oleh lelaki yang pernah mengisi hari-hari bahagia dan sedih, lelaki yang pernah menjanjikan tibanya pelangi di esok hari.
"Maafkan aku, menyimpan terlalu dalam perasaanku padamu"Setelah semuanya berakhir, aku ingin sekali menjauh darimu, tak ingin melihat wajahmu bahkan batang hidungmu, tapi tetap saja tidak bisa. Jika aku bisa, ingin sekali aku menghilangkan ingatanku tentangmu dan semua yang berhubungan denganmu karena mengingatmu membuatku harus menarik nafas dalam, sakit.
Saat
kamu menyatakan perasaanmu padaku, aku seperti mendapat hadiah terindah dari
tuhan, Karena ternyata perasaanku tak bertepuk sebelah tangan, banyak sekali
hal yang membuatku mengungkapkan rasa sayangku padamu, kamu telah membuat diriku
berarti di mata orang lain, kamu juga yang membantu mewujudkan salah satu
mimpiku, kamu juga yang membuatku begitu berharga, kamu yang selalu membuatku
tersenyum meski aku sedang sedih sekali pun, terima kasih atas semua kebaikanmu.
Sebelum
kamu menjadi kekasihku, kamu adalah teman terbaikku, sahabat terbaikku, kamu tahu
sendiri, kan, sampai umurku yang kepala dua ini aku baru menemukan sahabat yang
mengasikan, kamu juga menganggapku begitu, mungkin, karena yang aku ingat
sebelum kamu menjadi kekasihku sebelum kamu selalu mengirimiku sms gombalmu kau
sering curhat tentang wanita yang kamu sukai, selalu, dan dari sana aku menilai dirimu
adalah lelaki romantis yang pernah kukenal.
Mengertikah
kamu? Setiap hari, jam bahkan detik, aku selalu menunggu dering sms mu yang
masuk ke handphone-ku, tapi jarang aku beruntung mendapat sms seperti dulu lagi
dengan kata-kata konyolmu, permintaan bantuan padaku, aku hafal, jika kamu
sms aku kamu pasti ada maunya, minta bantuan mengerjakan tugas atau curhat, selain itu tak ada, sampai-sampai aku hafal kisahmu dari awal.
Rasa
rindumu entah menguap atau tersembunyi? Atau bahkan kamu menghiraukan rasa rindu
yang ingin singgah?.
Kamu
berkata ini jalan terbaik untuk memperbaiki diri agar tak salah jalan lagi, aku
mengerti itu dan sangat menghargai, aku pun merasa begitu, terlalu bnyak hal
negative yang kudapat dari perasaan indah ini, gelisah, cemburu, iri dan dosa.
Jika
aku diminta untuk menilaimu dari angka 1 sampai 10 , kamu termasuk orang yang
mendapat nilai 9,5 atas sikap pengertianmu, sikap perhatianmu, penghargaanmu
terhadap sosok yang bernama wanita, kamu pernah menjelaskan kepadaku bahwa kamu
tak ingin menyentuhku sedkitpun karena takut terjadi hal-hal yang tidak
diingkan, aku kagum padamu.
Aku
tahu hati itu bukan milik kita, aku, kamu atau dia, tapi hati memang terkadang
punya keegoisan, aku cemburu terhadap orang-orang yang dekat denganmu, apalagi
siang tadi seorang wanita mengaku sering smsan denganmu, jujur, aku cemburu.
Entahlah,
aku rasa aku sudah gila, memikirkanmu terus.
Semoga pelangi akan hadir esok hari.
Semoga pelangi akan hadir esok hari.
Untuk seseorang yang pernah memberi rasa.
maafkan aku, menyimpan terlalu dalam perasaanku padamu - kereeen!
BalasHapusMakasih, Mas Gugus .. :-) .
BalasHapusini baru tulisan ^_^ kereeen
BalasHapusMkasih, Hafizh.. :-) . ditulisnya pke hati...
HapusSetuju dengan Hafizh
HapusMkasih, Aghnan.. ^^..
Hapus