Irama Kereta Malabar, kemarin,
Kau akan tahu bagaimana wujud kami setelah kau telusuri ceritaku ini, Rey.
Beberapa bulan yang lalu, entah berapa jumlahnya aku tak tahu pasti, yang kuingat hanya jejak-jejak aku dan dia yang teringgal. Kami meninggalkan cerita yang tak pernah diketahui oleh siapapun kecuali kamu, cerita yang pernah membuatku menangis semalaman. Ah, tak perlu kuceritakan lagi bagaimana aku dan dia berucap sayonara.
Kau
tahu, Rey? Aku sempat menghindarinya, namun dengan menjauhinya sama saja dengan
menghilangkan separuh dari diriku, aku bukan apa-apa tanpa dirinya, aku hidup dengan
hati yang dititipkannya padaku. Namun semenjak hatinya dibawa kembali, --entah
akan dtiitipkan pada siapa lagi hatinya itu— hatiku juga terbawa olehnya dalam
keadaan koma, dan yang menghidupkannya kembali adalah kehadiran dia.
“Ya,
makasih, sayang”
Maaf,
aku tak tahan ingin mengucapkan kata yang sama walaupun makna sayangku berbeda,
tapi setelah aku pikir-pikir, rasa sayangku hampir menyamai rasa sayangnya
padaku.
Perkataannya membuatku melonjak girang, dan ingin
kembali seperti dulu saat bersamanya walau semua yang dia lakukan padaku bukan
untuk aku, tapi untuk seseorang yang lain.
“Bye…
love you”
“Love
you too”
Rey,
itu percakapan kami dalam deret pesan. Kembali ke pembahasan spesies kita dan
evolusi diriku, kau harus tahu, Rey, kenapa aku bisa berevolusi menjadi mahluk
seperti dirinya? ya, aku mempelajari apa yang ia lakukan, apa yang ia baca, apa
yang ia tulis
# # #
Aroma
Borobudur, Kemarinnya Lagi.
Dan hari ini terkuaklah, firasatku
benar, ramalanku benar. Ah, bukan ramalan sebenarnya. Sejak duduk di bangku
kelas 3 es-em-a aku memiliki kemampuan membaca pikiran dan kepribadian orang
lain. Dan ini yang kesekian kainya aku meneliti mahluk seperti dia hingga aku
tertular kegilaannya.
Ya,
kembali kepada rahasia yang terkuak olehku.
Rey ...
saat aku tahu ini aku ingin menangis memelukmu, karena dengan itu aku bisa
tenang. Aku harap kau tak takut dipeluk oleh mahluk dengan spesies yang berbeda
darimu. Aku akan ungkapkan rahasia ini padamu.
Rey …
dia membuat luka menganga yang dulu ditorehkannya menjadi lebih parah, Mungkin
bagian yang luka itu harus diamputasi, tapi jika aku tak memiliki hati lagi karena
amputasi aku tak bisa mencintai siapa pun, ya, karena hidup dan matinya hatiku
kini telah ditentukan olehnya.
Tak
sakit bagaimana, dia mendekatiku, dia ungkapkan rasa sayangnya, dia bilang dia
kan bawakan pelangi untukku hanya untuk mendekati orang lain, hanya untuk
mendekati seseorang yang begitu dekat denganku.
Saat
kutahu itu, aku hanya bisa tersenyum getir, dia meminta maaf, Rey, dan aku
memaafkannya, entah kenapa setiap kesalahan dia aku selalu memaafkannya,
walaupun itu kesalahan terbesarnya.
Mungkinkah
Tuhan yang membantuku menunjukkan bahwa selama ini aku tertipu oleh dia. Tuhan
menciptakan kami sebagai sahabat, bukan sepasang kekasih, karena sampai saat
ini aku tak pernah membencinya sedikit pun, aku tahu dia merasa bersalah,
sangat bersalah.
# # #
Ruang
Terisolasi Kembali, Hari ini lagi.
Rey… Aku mohon,
kau tarik nafas dahulu sebelum aku memberitahukan rahasia ini kepadamu.
Selama ini, aku
ditipu olehnya, oleh spesies manusia yang telah berubah menjadi mahluk "menyeramkan" seperti zombie, aku
diajak berkeliling di dunianya, memang menyenangkan dan aku merasa itu duniaku
juga, lama kelamaan aku pun menjadi seperti dia. Dia menipuku, Rey, mana
mungkin zombie bisa mengambil pelangi seusai gerimis, sedangkan dia sendiri
takut akan siang dan sore hari.
Hal lain yang
membuatku merasa sangat tertipu, aku diperalat olehnya untuk mendekati
seseorang yang dia kagumi sejak awal, namun karena orang itu tak pernah
membalasnya, akhirnya aku perlahan dipaksa untuk menempati ruang kosong dalam
dirinya. Tapi, sepandai-pandainya aku mengisi ruang itu, tetap saja tak bisa
dibohongi kalau hatinya bukan untukku.
Akhirnya dia
mengaku setelah meminta maaf berkali-kali padaku, dia mengaku, dia mengaku, dia
mengaku, mengaku bahwa dia mengagumimu, Rey.
# # #
Itulah kehidupanku, Rey. Seperti dongeng namun tak ada peri atau pun penyihir seperti yang kubaca dalam buku dongeng lain.
Untuk
kita yang punya cerita tentang dia.
Yogyakarta, 30 Agustus 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar