Selasa, Januari 01, 2013

MEMBANGUN BANGSA BERMARTABAT DENGAN SISTEM EKONOMI ISLAM

Oleh: Nadia Rahmatul Ummah
Krisis dapat menghantam sebuah organisasi, perusahaan dan negara dalam waktu yang singkat. Krisis yang melanda Amerika dan Eropa pada tahun 2008 telah memporak-porandakan berbagai perusahaan raksasa di berbagai negara. Seperti pasca ambruknya perusahaan Lehman Brothers di Amerika pada tahun 2008 dunia digemparkan oleh kasus bunuh diri Adolf Merckle, taipan bisnis yang memiliki sejumlah perusahaan ternama di Jerman, perusahaan-perusahaannya hancur akibat dampak krisis ekonomi global. Pemilik VEM Holding yang mengontrol perusahaan farmasi Ratiopharm ini mengalami kegagalan dengan investasinya di bidang otomotif dan investasinya di Volkswagen rugi sebesar 400 juta Euro sehingga memiliki banyak hutang.
At the edge, kondisi inilah yang sedang dialami oleh Merckle, sebuah kondisi turbulance dan krisis yang dihadapi oleh pemerintahan atau pemimpin yang memaksa mereka untuk memnuat sebuah keputusan tepat untuk mengeluarkan organisasi, perusahaan atau negaranya dari kondisi yang  tidak menentu, dan keputusan dari seorang pemimpin ini bisa menghasilkan survive bagi perusahaan atau negaranya atau mengakibatkan hilang.
Seperti yang dikatakan oleh Kemal Azis Stamboel dalam bukunya Leading With Urgency and Effective Decisions, jawaban dari permasalahan ini tentu terletak pada kualitas kepemimpinan. Kualitas kepemimpinan mereka ditentukan sejauh mana mereka mampu mengambil resiko, membangun kepercayaan para pengikutnya dan menciptakan peluang-peluang bagi kesuksesan organisasinya.
Kepemimpinan dan Keteladanan
Visi besar akan masa depan bangsa,  keteladanan, konsisten antara perkataan dan  perbuatan merupakan hal yang sangat penting bagi sebuah kepemimpinan, dan itulah yang sangat diharapkan bagi rakyat, terutama rakyat Indonesia.
Sejak krisis tahun 1997 rakyat terus menerus dihantam oleh pemiskinan yang struktural, tentunya semua rakyat tidak paham dengan narasi visi absurd seorang pemimpin tentang kemana arah laju kapal bangsa ini akan berlayar, namun hati rakyat sangat mudah merasakan sentuhan empati seorang pemimpin atas kondisi nyata yang mendera hidup mereka sehari-hari.
Masalah yang melanda kepemimpinan bangsa ini salah satunya di sektor kesejahteraan rakyat. Sejumlah kelemahan bangsa ini masih belum hilang, diantaranya adalah angka kemiskinan tinggi, pendidikan dan kesehatan mahal, anak-anak busung lapar dan gizi buruk belum hilang dari angka statistik. Ini merupakan wujud dari minimnya rasa empati negara terhadap kesengsaraan rakyatnya. Negara tidak hadir ketika rakyat membutuhkan,  negara sebagai institusi yang memiliki otoritas ketertiban.
Sejatinya seorang pemimpin adalah seorang problem solver bagi permasalahan yang ada di sekitarnya. Pemimpin seperti ini tentunya lahir dari generasi baru, bukan dari generasi yang terdahulu yang beberapa dekade ini hanyalah pemimpin yang tidak berperan sebagai problem solver, kalau pun ada, masih kurang giat dalam berpikir dan kurang kreatif dalam mencari solusi terutama dalam bidang ekonomi dan kesejahteraan rakyat.
Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1994 bab XIV tentang perekonomian nasional dan kesejahteraan sosial setelah mengalami perubahan keempat dinyatakan dalam pasal 33:
(1)   Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan.
(2)   Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
(3)   Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
(4)   Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.
(5)   Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-undang.
Dan pada pasal 34 yang juga sudah mengalami perubahan keempat, disebutkan bahwa:
(1)   Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara.
(2)   Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan.
(3)   Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.
(4)   Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksaan pasal ini diatur dalam undang-undang.
                     Asas kekeluargaan dan prinsip perekonomian nasional dimaksudkan sebagai rambu-rambu yang sangat penting dalam upaya mewujudkan demokrasi-ekonomi di Indonesia. Hal tersebut dipandang sangat penting agar seluruh sumber daya ekonomi nasional digunakan sebaik-baiknya sesuai dengan paham demokrasi ekonomi sehingga mendatangkan manfaat optimal bagi seluruh warga negara dan penduduk Indonesia.[1]
                     Tentu saja ini berhubungan dengan  sistem ekonomi yang bermaslahah atau bermanfaat, yaitu ekonomi islam. Dalam Islam dijunjung tinggi sebuah nilai yang bernama kekeluargaan. Jika setiap pemimpin benar-benar memperhatikan dan menerapkan undang-undang ini maka akan tercipta pemimpin yang bermartabat, tak akan ada kecurangan dalam sistem perekonomian.
                     Pelaksanaan ketentuan Pasal 33 ayat (1), (2), (3), dan (4) diatur lebih lanjut dengan undang-undang dengan memperhatikan prinsip-prinsip, antara lain efisiensi yang berkeadilan. Dengan demikian, sumber-sumber yang ada harus dialokasikan secara efisien untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional secara sehat dan sekaligus untuk mencapai keadilan.[2] Hal ini juga tentunya merupakan salah satu tujuan dari ekonomi Islam yang mengedepankan manfaat, berkah dan keadilan bagi seluruh pelaku ekonomi.
Islam dalam Sistem Perekonomian
Imagine there’s no Heaven
If easy if you try
No hell below us
Above us only sky
Imagine all the peopleliving for today


Imagine there’s no countries
It isn’t hard to do
Nothing to kill or die for
And no religion too
Imagine all the people
Living live in peace

You may say that I’m a dreamer
But I’m not the only one
I hope someday you’ll join us
And the world will be as one[3]
                     Dalam bukunya berjudul Negara, Pasar dan Rakyat, Fahri Hamzah mengatakan bahwa secara sangat manusiawi John Lennon melihat kenyataan umat manusia yang berbangsa-bangsa dan melahirkan negeri-negeri yang berbeda satu sama lain telah berubah dari anugerah menjadi musibah. Begitu banyak terjadi permusuhan dan pembunuhan yang terjadi, dengan sangat putus asa ia mendapati bahwa agama yang seharusnya menjadi mendamaikan manusia malah menjadi sesuatu yang harus didamaikan.
                     Islam bukan sebagai suatu agama saja, Islam merupakan suatu  sistem komprehensif, melingkupi segala permasalahan yang melintas batas material dan spiritual, pribadi dan kemasyarakatan, dan dengan sendirinya dunia dan akhirat. Dengan demikian, Islam tidak hanya mengurusi akhirat semata.
Imagine no possessions
If I wonder if you can
No need for greed or hunger
A brotherhood of many
Imagine all the people
Sharing all the world

You may say that I’m a dreamer
But I’m not only one
I hope someday you’ll join us
And the world will live as one [4]
                     Sekali lagi John Lennon berandai-andai bahwa jika tidak tidak adanya kepemilikan di dunia ini, mungkin tidak perlu ada ketamakan dan kelaparan. John mungkin tidak mengetahui, atau memang ia berusaha melawan kenyataan, bahwa arus utama (mainstream) ekonomi dunia mensyaratkan pengakuan kepemilikan (property right) untuk mengusahakan dunia dari kemiskinan (working for a world free of proverty). Namun demikian John tidak sepenuhnya salah. Ia mendapati bahwa ketamakan yang ditimbulkan oleh arus utama tersebut jauh melebihi kecepatan dari pencapaian hasil usaha menuju dunia yang bebas dari kemiskinan.
                     John tidak mengetahui bahwa sistem Islam menegaskan bahwa bumi dan langit seisinya milik Allah SWT semata dan manusia ditugaskan untuk menjadi khalifah yang akan diminta pertanggung jawabannya nanti di akhirat sana.
                     Sistem ekonomi Islam akan menggentarkan para pelaku ekonomi liberalisme karena kepemimpinan yang kuat dan efisien untuk menjamin bahwa setiap pihak meningkatkan kesejahteraannya secara benar dan adil.
Berikutnya dalam bahasa John Lennon, diangankannya sebuah bangunan persaudaraan umat manusia (brotherhood of man) yang sangat dikenal dalam sistem Islam melalui kalimat Al-Quran: “Seluruh Muslim bersaudara”[5]. Persaudaraan ini semakin  berarti ketika Allah menetapkan bahwa adnya kaya dan miskin sebagai ketentuan-Nya. Selanjutnya guna menjalani ketentuan tersebut, di dalam sistem Islam dicukupkan adanya empat syarat, yaitu: orang miskin yang tidak sombong, orang kaya yang murah hati, ulama yang jujur dan pemimpin yang adil.
Di beberapa daerah terbentuk masyarakat yang sejahtera sedangkan di bagian daerah lainnya ada masyarakat yang melarat karena gagal menguasai uang, uang disini menjadi satuan hitung sebagai penentu takaran yang utama.
Maka oleh sistem Islam inilah persaudaraan dijalin dengan sangat harmonis agar tercipta keadilan dan kesejahteraan masyarakat.
Dalam Islam dilarang riba yang tidak mengenal sistem ketidakadilan, sistem Islam memandang riba lebih jauh dari sekedar masalah kasihan-mengasihani, sistem bunga merupakan akar dari kerusakan yang sangat komprehensif dalam suatu perekonomian. Dalam konteks pinjaman, Islam mendefinisikan riba sebagai segala kelebihan pembayaran hutang yang diperjanjikan di awal. Dalam masalah perekonomian, Islam juga mengatur beberapa hal pokok yang satu sama lain saling berhubungan dan memiliki  keterkaitan praktis yang nyata, seperti dalam hal perdagangan, Islam mendefinisikan riba sebagai keuntungan yang berlipat ganda. Sebagaimana halnya riba pinjaman, riba perdagangan juga dilarang keras dalam Islam.
Akar dasar dari pengenaan bunga atas suatu pinjaman dalam ilmu ekonomi dikenal sebagai konsep “the opportunity cost of holding money” atau “biaya kesempatan dari memegang uang”(Nicholson, 1995). Jika konsep ini tidak digunakan, maka tidak akan terjadi kecenderungan inflasioner yang dihasilkan oleh sistem perekonomian berbasis bunga dan penurunan daya beli uang atau time value of money. Konsep time value of money ini telah digunakan untuk memutar –balikkan fakta guna melegitimasi konsep opportunity cost of holding money.
Kualitas kepemimpinan di Ranah Ekonomi
            Pada aspek ekonomi kita sudah mengalami kemajuan terutama dalam beberapa indikator makro dan kekokohan perekonomian nasional, salah satunya mampu bertahan dari dampak krisis dunia pada tahun 2007-2008. Dari siklus ekonomi, kita juga berada pada periode ekspansi yang diperkirakan akan berlanjut hingga tahun 2016. Oleh sebab itu, kita perlu memanfaatkan momentum ini untuk membangun perekonomian Indonesia.
Meski begitu, kita harus berhati-hati karena secara ekonomi kita masih menghadapi persoalan ketidakseimbangan ekonomi global, ketidakpastian aliran modal  masuk, perang mata uang, dan tekanan inflasi domestik. Pada posisi ini, kita memerlukan kualitas kepemimpinan yang kreatif dan  mampu  membuat terobosan-terobosan baru pengembangan sektor riil, pengembangan usaha mikro dan menengah sehingga perputaran roda ekonomi benar-benar menyentuh masyarakat bawah.
Untuk itu kita memerlukan suatu kepemimpinan yang juga peka terhadap sistem perekonomian negara ini yang mungkin belum melahirkan kemaslahatan dan keberkahan, selama ini yang didapat dari setiap pelaku ekonomi adalah kepuasan, tidak mempertimbangkan dampak buruk dari kepuasan tersebut.
 Pemimpin yang Berkarakter dan Bangsa yang Bermartabat
            Ada beberapa alasan mengapa seseorang dijadikan seorang pemimpin oleh masyarakatnya. Pertama, pemimpin diikuti karena posisi formalnya sehingga masyarakat takut untuk menentang setiap kebijakannya. Kedua, pemimpin diikuti karena hubungan yang dekat dengan masyarakat sehingga masyarakat mengikutinya tanpa pertimbangan yang rasional. Ketiga, pemimpin diikuti karena prestasi yang diraihnya, sehingga masyarakat bangga atas prestasi yang dicapainya. Keempat, pemimpin diikuti karena membangun kepercayaan diri masyarakat. Kelima, pemimpin diikuti karena menjadi contoh dari cita-cita dan harapan hidup masyarakat.
Namun ada hal yang harus dibangun dari sebuah relasi antara pemimpin dan masyarakat, yaitu trust atau kepercayaan. Inilah yang semakin kini semakin tergerus, pola kepemimpinan dewasa ini semakin formalistik. Akibatnya, antara seorang pemimpin dan masyarakat yang dipimpinnya terdapat jarak.
Hadirnya pemimpin adalah sebuah sunnatullah karena manusia memang diciptakan sebagai khalifah di muka bumi ini, dari mulai kepemimpinan diri sendiri, keluarga, masyarakat kecil sampai sebuah negara. Dari sejarah berbagai kepemimpinan kita dapat menyimpulkan bahwa kepemimpinan yang berkarakter dan mempunyai integritas akan dikenang dan dijadikan teladan sehingga nantinya akan mengantarkan sebuah negara pada sebuah masa keemasan. Beberapa ciri pemimpin yang berkarakter menurut Kemal Azis Stamboel:
1.      Pemimpin dengan keunggulan
Yaitu pemimpin yang dalam aktivitasnya selalu berusaha menghasilkan hal-hal yang produktif dan berkualitas untuk menjadi unggul. Pemimpin seperti ini memiliki sense of purpose, memiliki visi dan tujuan yang jelas.
Semangat pemimpin dalam sebuah perbaikan ini diwujudkan dengan adanya upaya yang terus-menerus memaksimalkan potensi, kemampuan dan keterampilan, serta selalu mencoba menjadi yang terbaik. Hal ini sesuai dengan Hadits Rasulullah yang mengatakan bahwa “beruntunglah bagi orang yang kondisi sekarang lebih baik dari hari kemarin dan hari esoknya lebih baik dari hari ini”, dan ini merupakan continous improvement.
2.      Memimpin dengan Profesional
Seorang profesional adalah orang menyadari betul arah hidupnya. Pemimpin seperti ini biasanya menyenangi pekerjaannya sehingga jika ada tugas yang datang secara tiba-tiba maka ia akan siap siaga untuk mengerjakan tugas itu. Seorang profesional itu maun bekerja keras serta memiliki berbagai macam gagasan dan ide untuk mencapai tujuannya.
Dunia berkembang dan tantangan-tantangan yang dihadapi semakin kompleks, jika tidak dibarengi dengan profesionalitas maka bersiaplah untuk tersisih dari persaingan.
3.      Memimpin dengan Kepedulian
Pemimpin seperti ini senantiasa berpikir jauh ke depan dan mempersiapkan transformasi kepemimpinannya dengan sebaik mungkin. Bukan hanya dirinya saja yang dia pikirkan, melainkan peduli dengan orang lain, terutama kepada masa depan orang yang dipimpin. Pemimpin yang peduli adalah mereka yang telah menunjukkan kepedulian yang tinggi terhadap sesama, jauh sebelum mereka menjadi pemimpin.
Umar bin Khattab, seorang pemimpin yang memiliki kepedulian terhadap rakyatnya, ia memanggul sendiri sekarung gandum ketika mendapati seorang ibu memasak batu untuk menghentikan tangisan anaknya yang lapar. Jika ada perasaan empati seperti ini, tentu rakyat akan sangat cinta kepada pemimpin.
Dari poin-poin tadi dapat disimpulkan bahwa pemimpin berkarakter mampu memberikan solusi masalah, mampu mewariskan sebuah budaya unggul “a culture of excellent” yang menjadi inspirasi bagi orang lain dan akan melahirkan bangsa yang bermartabat.
Indonesia sendiri memiliki tantangan perubahan di masa depan yang beragam, seperti isu globalisasi, regionalisasi, dan knowledge economy. Untuk menghadapi situasi dunia yang dinamis ini, Indonesia perlu mempunyai persektif yang berbeda mengenai tipe kepemimpinan. Pemimpin di masa depan bukan hanya pemimpin yang berkarakter, harus ada harapan bahwa pemimpin di masa depan mampu memenuhi dan memiliki hal-hal yang lain, diantaranya: Pertama, the meaning of direction (memberikan visi, arah dan tujuan). Kedua, trust in and from the leader (melahirkan kepercayaan), dengan perilaku al-amin seperti Rasulullah ini menciptakan keterbukaan dalam kepemimpinannya, dalam artian ia bisa menghilangkan penghalang berupa kecemasan yang menyebabkan masyarakat dipimpinnya menyimpan sesuatu yang buruk atas kepemimpinannya. Ketiga, a sense of hope (memberikan harapan dan optimisme). Keempat, Result (memberikan hasil melalui tindakan, risiko, keingintahuan dan keberanian.
Dari beberapa ciri kepemimpinan yang berkarakter juga berintegritas menurut Azis Kemal Stamboel dan dengan dipadukan dengan beberapa konsep yang seharusnya dimiliki oleh seorang pemimpin di masa yang akan datang seperti the meaning of direction, trust in and from the leader, a sense of hope, dan result ini agar bisa menghadapi beberapa kemungkinan tantangan perubahan di masa yang akan datang terutama dalam perekonomian. Dengan demikian kita seharusnya menyiapkan kepemimpinan seperti yang disebutkan tadi, bukan hanya mengikuti pemimpin-pemimpin yang lalu tapi pemimpin yang mampu membuat perubahan agar negara ini bisa membangun sistem perekonomian yang bermaslahah (bermanfaat) dan penuh berkah bukan hanya mengedepankan kepuasan pelaku ekonomi semata, selain itu mampu membangun perekonomian yang bebas dari ribawi yang jelas-jelas sangat merugikan dan tidak adanya unsur keadilan dan kesejahteraan sesama di dalamnya.
Kepemimpinan yang berkarakter akan mengantarkan kita pada bangsa yang bermartabat.[]



[1] Panduan Pemasyarakatan UUD 1945 dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
[2] Panduan Pemasyarakatan UUD 1945 dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
[3] Lirik Iagu Imagine karya John Lennon
[4] Lirik Iagu Imagine karya John Lennon
[5] Al-Quran surat Al-Hujurat ayat 11

Tidak ada komentar:

Posting Komentar