“Dinar dan dirham WIM ini semakin
populer, di Amerika Serikat, Eropa, Asia dan Afrika,” ujarnya, Rabu
(9/1). Dinar dan dirham WIM memiliki nilai sama di manapun sehingga
tidak ada permasalahan dengan kurs. Menurut pria yang juga menjabat
sebagai Direktur Wakala Induk Nusantara ini, dinar dan dirham adalah
alat tukar, bukan investasi dan sekadar penjaga nilai.
Emas dan perak, kata Zaim, merupakan alat tukar paling stabil. Sejak awal sejarah Islam sampai saat ini, nilai mata uang Islam yang didasari oleh mata uang bimetal ini secara mengejutkan sangat stabil jika dihubungkan dengan bahan makanan pokok. Misalnya saja, harga seekor ayam pada masa Rasulullah SAW adalah satu dirham. Saat ini, harga seekor ayam tetaplah satu dirham karena nilai inflasinya nol. Keadaan ini sangatlah berbeda dengan dolar, rupiah atau mata uang lain.
Emas dan perak, kata Zaim, merupakan alat tukar paling stabil. Sejak awal sejarah Islam sampai saat ini, nilai mata uang Islam yang didasari oleh mata uang bimetal ini secara mengejutkan sangat stabil jika dihubungkan dengan bahan makanan pokok. Misalnya saja, harga seekor ayam pada masa Rasulullah SAW adalah satu dirham. Saat ini, harga seekor ayam tetaplah satu dirham karena nilai inflasinya nol. Keadaan ini sangatlah berbeda dengan dolar, rupiah atau mata uang lain.
WIM menetapkan standar dirham merupakan
koin perak murni seberat 2,975 gram, sementara dinar adalah koin emas
seberat 4,25 gram, berkadar 22 karat (91,7 persen). Menurutnya, dinar
dan dirham sudah mulai beredar di berbagai negara, termasuk Indonesia.
Untuk jangka panjang, sistem mata uang bimetal terbukti menjadi mata
uang paling stabil. Dinar dapat digunakan sebagai simpanan, investasi
penjaga nilai dan bisa pula sebagai sebagai pembayar zakat dan mas
kawin.
Uang emas tidak akan mengalami inflasi
hanya karena dicetak secara terus menerus. Dinar dan dirham juga tidak
akan dapat didevaluasi oleh sebuah peraturan pemerintah sebagaimana mata
uang nasional.
Sumber : Republika & Fossei.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar