Minggu, November 10, 2013

SEE YOU, MY LOVE!

       Kasihku, apa kabarmu di sana? setelah kau pindah tempat tinggal tiga tahun yang lalu, tepatnya di bulan April kita tak pernah bertemu lagi kecuali dalam mimpi. Hmm, aku tak akan pernah lupa bagaimana kau tersenyum kesal saat aku memintamu untuk menulis sebuah puisi, tentu saja yang kamu bisa hanyalah memetik gitarmu. Aku akui permainan gitarmu sungguh menawan, apalagi jika kamu memainkannya di atas stage seperti yang sering kita lakukan bersama, irama kita berjalan harmoni, musik kita disempurnakan oleh ketukan drumku. Sayang sekarang aku tak bisa memainkannya lagi setelah insiden kecelakaan yang pernah membuat kaki dan tanganku sulit digerakkan, namum akhirnya bisa berfungsi lagi setelah berbulan-bulan menjalani terapi dan pengobatan.
     Kamu pernah bertanya padaku tentang sebuah kesetiaan, maafkan aku tak bisa memegang kesetiaan itu secara sempurna, beberapa bulan kemarin aku dekat dengan seseorang, laki-laki yang pandai menulis puisi. Kuharap kau tak memasang raut geram sekarang. Tenang saja, sekarang hubungan kami hanya sebatas teman dekat saja, tak lebih.
       Satu hal yang menggambarkan rasaku padamu, kerinduan. Aku rindu memilih buku bersamamu di book store, aku rindu menciptakan lagu bersamamu, aku rindu suasana sanggar seni yang ramai karenamu, aku rindu semua tentangmu.


          Sejujurnya aku bingung apa yang harus kusampaikan padamu yang aku tahu kamu tak akan bisa membaca pesanku ini, ah, tentu saja mana bisa jaringan internet masuk ruanganmu. Tapi aku selalu berharap pesanku ini sampai padamu juga pesan-pesan sebelumnya, karena kamu pergi tanpa pamit aku akan terus mencarimu, mencarimu hingga kita bisa bertemu kembali.
         Belajar melupakanmu sungguh pekerjaan rumah yang paling sulit bagiku, andai saja akar ingatan itu tak kuat mencengkram.
       Semoga pencarian ini segera berakhir dan aku bisa bertemu kamu di sana, untuk sekarang ini tetaplah damai di tempat pembaringanmu, dari tempatku ini akan kukirimkan paket doa untukmu. See you, my love...!
Untukmu yang tak sempat bicara,
Depok, 10 November 2013

Senin, November 04, 2013

DONGENG KITA, TAK ADA PERI, TAK ADA PENYIHIR! #BAG 2



               

              Irama Kereta Malabar, kemarin, 
              Kau akan tahu bagaimana wujud kami setelah kau telusuri ceritaku ini, Rey. 
          Beberapa bulan yang lalu, entah berapa jumlahnya aku tak tahu pasti, yang kuingat hanya jejak-jejak aku dan dia yang teringgal. Kami meninggalkan cerita yang tak pernah diketahui oleh siapapun kecuali kamu, cerita yang pernah membuatku menangis semalaman. Ah, tak perlu kuceritakan lagi bagaimana aku dan dia berucap sayonara.
            Kau tahu, Rey? Aku sempat menghindarinya, namun dengan menjauhinya sama saja dengan menghilangkan separuh dari diriku, aku bukan apa-apa tanpa dirinya, aku hidup dengan hati yang dititipkannya padaku. Namun semenjak hatinya dibawa kembali, --entah akan dtiitipkan pada siapa lagi hatinya itu— hatiku juga terbawa olehnya dalam keadaan koma, dan yang menghidupkannya kembali adalah kehadiran dia.
            “Ya, makasih, sayang”
            Maaf, aku tak tahan ingin mengucapkan kata yang sama walaupun makna sayangku berbeda, tapi setelah aku pikir-pikir, rasa sayangku hampir menyamai rasa sayangnya padaku.