Oleh:
Nadia Rahmatul Ummah
( Juara Naskah Terbaik Lomba Cerpen Tingkat Nasional Majalah KUNTUM 2012 )
“Kau akan mati pada tanggal 1 Januari 2013!”
Suara itu menggema di
ruangan yang sama sekali tak ada
penerangan lampu listrik, hanya penerangan dari sebatang lilin di atas kaleng
biskuit bekas yang diletakkan di atas meja kayu. Adegan ini kembali terulang
dan ini yang kedua kalinya, di tempat yang sama, padahal dua menit yang lalu
aku sedang menyelesaikan naskah cerpenku di depan laptop.
“Gila, ada apa lagi?”
aku membentak mencoba menghalau rasa merinding, pandanganku mengelilingi
ruangan yang aku perkirakan berukuran 2 x 3. Aku mencoba berdiri karena tadi
aku seperti dilempar oleh seorang yang bertenaga besar .
Seperti apakah wujud
pemilik suara menakutkan itu? Apa seperti drakula? Vampire? Zombie? Atau
malaikat kematian?.
“Ah, aku bisa gila”
aku meremas rambutku “Kyriel, mana ada mahluk semacam itu di dunia ini, kamu
ini terlalu banyak baca buku misteri” aku bergumam.
“Kau akan mati pada
tanggal 1 Januari 2013, tinggal 14 hari lagi sisa waktumu di dunia ini” lagi.
“Memangnya kamu ini tuhan
yang menentukan hidup dan mati?” Aku kembali membentak, kini aku bisa
mengalahkan rasa takutku.
“Tuhan?” suara itu
terdengar lagi, kini dengan nada menyindir
“bukannya kamu tak mengenal tuhan?”
“Kyriel” kini yang terdengar adalah suara
lembut yang sering kudengar “apa benar
kamu akan mati tanggal 1 januari nanti?”
“Shaima, kamu disini
juga?” aku mencari sumber suara yang selalu kurindukan “jangan dengar dia, itu
bohong”
“Hahaha” kini tawa si
mahluk tak nampak, menjijikan “Kau
akan mati, Kyriel”
Aku terduduk lemah,
keringat dingin yang tadi bercucuran sudah membasahi baju kaos lengan
panjangku, kaki dan tanganku bergetar hebat.
“Tuhan?”
“Kyriel…” suara Shaima “apa benar kamu akan
meninggalkan aku tahun baru ini?” ada isakan pelan disana.
“Shaima” aku
memanggil nama kekasihku, pelan.
“Kyriel”
Tubuhku
diguncang-guncangkan oleh seseorang, aku menengok ke belakang, Shaima, ia
memegang bahuku, wajahnya dihiasi senyuman yang mampu membuatku luluh. Dengan
cepat aku menggenggam tangannya.
“Apa dari tadi kamu
disini? Kamu jangan takut, orang tadi berbohong”
“Siapa?” raut
wajahnya menandakan keheranan.
Apa yang barusan
dikatakan Shaima? Bukannya tadi ia menemuiku di kamar asing tadi? Aku memandang
sekelilingku. Dan lihatlah! Aku kembali di kamar tercintaku, posisiku masih
seperti sebelumnya, duduk di depan laptop.
“Apa tadi aku
tertidur?” tanyaku pada Shaima yang telah mengambil kursi plastic dan duduk di
sampingku.
“Tidak” Shaima
menggelengkan kepala “dari tadi kamu melamun, bukannya kamu sedang mencari ide
untuk menyelesaikan naskahmu?”.
# # #
“Kyriel, kau akan
mati pada tanggal 1 Januari 2013”
Suara itu selalu
terngiang di telingaku, masih suara si mahluk tak nampak yang berada di kamar
asing itu. Kalau itu benar aku sekarang hanya punya waktu 12 hari lagi.
“Bukannya kau tak
mengenal tuhan?” lagi.
“Tuhan” lirihku “aku
tak mengenal tuhan?”
“Kenapa, mas?” sebuah
suara membuyarkan lamunanku “anda tak mengenal tuhan?”
Ah, bukannya suara
mesin metro mini tidak akan membuat suaraku terdengar?. Aku menoleh ke samping
kanan, seorang pemuda memakai seragam putih abu sedang menatapku heran.
“Kamu mendengarku?”
aku balik bertanya.
“Ya, tadi anda bilang
anda tidak mengenal tuhan” raut wajahnya masih menyiratkan keheranan.
“Apa kamu mengenal
tuhan, dek?”
“Ya Allah” pemuda itu
mengelus dadanya, kenapa?.
“Tuhan itu yang
menciptakan kita dan seluruh alam ini” pemuda itu tersenyum kecil “tuhan juga
yang memberikan dan mengatur rizki berupa harta, kesehatan, keluarga dan yang
lainnya yang sekarang dimiliki oleh kita”
“Aku tahu itu” aku
seperti sedang berada di masa kecil, ketika masih kelas satu sekolah dasar,
jika senja tiba aku akan bersiap-siap dengan sarung, peci dan buku tulis untuk
pergi ke surau dekat rumah, dan di sana aku akan mendengarkan ceramah dari
seorang laki-laki tua yang sering aku panggil Abah Ustadz.
“Sepertinya kamu tahu
tentang tuhan, aku lupa bagaimana cara mengenal tuhan”
Pemuda itu menepuk
bahuku, tersenyum, tulus sepertinya.
“Mas perlu beribadah
kepada tuhan, mas tahu kan bagaimana cara beribadah?”
“Hm” aku berpikir
sejenak “shalatkah itu?” aku ingat Abah Ustadz selalu memberi wejangan tentang shalat wajib yang lima waktu,
selama ini aku hanya melaksanakan shalat Jum’at saja, terlalu sibuk dengan
tulisan-tulisanku, padahal tulisanku hampir semuanya mengajak pembaca pada
kebaikan.
Pemuda itu
menganggukan kepalanya, masih dengan senyumannya.
“Ya, jika mas adalah
seorang muslim”
“Dek, aku kan mati
tanggal satu januari nanti, apa aku bisa meminta kepada tuhan agar aku tidak
mati hari itu? aku masih ingin menulis cerita” aku yakin pemuda ini berhati
mulia makanya aku berani bercerita.
“Berdoa saja pada
tuhan, mas”.
# # #
Sekarang
tanggal 1 januari 2013, bahkan waktu hampir beranjak ke hari berikutnya,
tanggal 2. Sejak pertemuanku dengan pemuda itu si mahluk yang tak nampak tak
menemuiku lagi.
“Mas Kyriel…!”
seseorang berseru dari luar kamarku, aku baru saja selesai shalat.
Tampak wanita separuh
baya berlari tergopoh-gopoh ke arahku.
“Ada apa, bi?”
“Mbak Shaima, Mas”
pembantu di rumahku itu kelihatan cemas “Mbak Shaima meninggal barusan.
Deg, Sajadah yang baru saja aku lipat
terlepas dari tanganku. Deadline kematian tak bisa diketahui, hanya tuhan yang
tahu.[]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar