Jumat, Februari 08, 2013

DEADLINE KEMATIAN



 Oleh: Nadia Rahmatul Ummah
( Juara Naskah Terbaik Lomba Cerpen Tingkat Nasional Majalah KUNTUM 2012 )
 “Kau akan mati pada tanggal 1 Januari 2013!”
Suara itu menggema di ruangan yang  sama sekali tak ada penerangan lampu listrik, hanya penerangan dari sebatang lilin di atas kaleng biskuit bekas yang diletakkan di atas meja kayu. Adegan ini kembali terulang dan ini yang kedua kalinya, di tempat yang sama, padahal dua menit yang lalu aku sedang menyelesaikan naskah cerpenku di depan laptop.
“Gila, ada apa lagi?” aku membentak mencoba menghalau rasa merinding, pandanganku mengelilingi ruangan yang aku perkirakan berukuran 2 x 3. Aku mencoba berdiri karena tadi aku seperti dilempar oleh seorang yang bertenaga besar .
Seperti apakah wujud pemilik suara menakutkan itu? Apa seperti drakula? Vampire? Zombie? Atau malaikat kematian?.
“Ah, aku bisa gila” aku meremas rambutku “Kyriel, mana ada mahluk semacam itu di dunia ini, kamu ini terlalu banyak baca buku misteri” aku bergumam.
“Kau akan mati pada tanggal 1 Januari 2013, tinggal 14 hari lagi sisa waktumu di dunia ini” lagi.
“Memangnya kamu ini tuhan yang menentukan hidup dan mati?” Aku kembali membentak, kini aku bisa mengalahkan rasa takutku.
“Tuhan?” suara itu terdengar lagi, kini dengan nada menyindir  “bukannya kamu tak mengenal tuhan?”
 “Kyriel” kini yang terdengar adalah suara lembut yang sering kudengar  “apa benar kamu akan mati tanggal 1 januari nanti?”
“Shaima, kamu disini juga?” aku mencari sumber suara yang selalu kurindukan “jangan dengar dia, itu bohong”
“Hahaha” kini tawa si mahluk tak nampak, menjijikan “Kau akan mati, Kyriel”
Aku terduduk lemah, keringat dingin yang tadi bercucuran sudah membasahi baju kaos lengan panjangku, kaki dan tanganku bergetar hebat.
“Tuhan?”
 “Kyriel…” suara Shaima “apa benar kamu akan meninggalkan aku tahun baru ini?” ada isakan pelan disana.
“Shaima” aku memanggil nama kekasihku, pelan.
“Kyriel”
Tubuhku diguncang-guncangkan oleh seseorang, aku menengok ke belakang, Shaima, ia memegang bahuku, wajahnya dihiasi senyuman yang mampu membuatku luluh. Dengan cepat aku menggenggam tangannya.
“Apa dari tadi kamu disini? Kamu jangan takut, orang tadi berbohong”
“Siapa?” raut wajahnya menandakan keheranan.
Apa yang barusan dikatakan Shaima? Bukannya tadi ia menemuiku di kamar asing tadi? Aku memandang sekelilingku. Dan lihatlah! Aku kembali di kamar tercintaku, posisiku masih seperti sebelumnya, duduk di depan laptop.
“Apa tadi aku tertidur?” tanyaku pada Shaima yang telah mengambil kursi plastic dan duduk di sampingku.
“Tidak” Shaima menggelengkan kepala “dari tadi kamu melamun, bukannya kamu sedang mencari ide untuk menyelesaikan naskahmu?”.
# # #
“Kyriel, kau akan mati pada tanggal 1 Januari 2013”
Suara itu selalu terngiang di telingaku, masih suara si mahluk tak nampak yang berada di kamar asing itu. Kalau itu benar aku sekarang hanya punya waktu 12 hari lagi.
“Bukannya kau tak mengenal tuhan?” lagi.
“Tuhan” lirihku “aku tak mengenal tuhan?”

“Kenapa, mas?” sebuah suara membuyarkan lamunanku “anda tak mengenal tuhan?”
Ah, bukannya suara mesin metro mini tidak akan membuat suaraku terdengar?. Aku menoleh ke samping kanan, seorang pemuda memakai seragam putih abu sedang menatapku heran.
“Kamu mendengarku?” aku balik bertanya.
“Ya, tadi anda bilang anda tidak mengenal tuhan” raut wajahnya masih menyiratkan keheranan.
“Apa kamu mengenal tuhan, dek?”
“Ya Allah” pemuda itu mengelus dadanya, kenapa?.
“Tuhan itu yang menciptakan kita dan seluruh alam ini” pemuda itu tersenyum kecil “tuhan juga yang memberikan dan mengatur rizki berupa harta, kesehatan, keluarga dan yang lainnya yang sekarang dimiliki oleh kita”
“Aku tahu itu” aku seperti sedang berada di masa kecil, ketika masih kelas satu sekolah dasar, jika senja tiba aku akan bersiap-siap dengan sarung, peci dan buku tulis untuk pergi ke surau dekat rumah, dan di sana aku akan mendengarkan ceramah dari seorang laki-laki tua yang sering aku panggil Abah Ustadz.
“Sepertinya kamu tahu tentang tuhan, aku lupa bagaimana cara mengenal tuhan”
Pemuda itu menepuk bahuku, tersenyum, tulus sepertinya.
“Mas perlu beribadah kepada tuhan, mas tahu kan bagaimana cara beribadah?”
“Hm” aku berpikir sejenak “shalatkah itu?” aku ingat Abah Ustadz selalu memberi  wejangan tentang shalat wajib yang lima waktu, selama ini aku hanya melaksanakan shalat Jum’at saja, terlalu sibuk dengan tulisan-tulisanku, padahal tulisanku hampir semuanya mengajak pembaca pada kebaikan.
Pemuda itu menganggukan kepalanya, masih dengan senyumannya.
“Ya, jika mas adalah seorang muslim”
“Dek, aku kan mati tanggal satu januari nanti, apa aku bisa meminta kepada tuhan agar aku tidak mati hari itu? aku masih ingin menulis cerita” aku yakin pemuda ini berhati mulia makanya aku berani  bercerita.
“Berdoa saja pada tuhan, mas”.
# # #
            Sekarang tanggal 1 januari 2013, bahkan waktu hampir beranjak ke hari berikutnya, tanggal 2. Sejak pertemuanku dengan pemuda itu si mahluk yang tak nampak tak menemuiku lagi.
“Mas Kyriel…!” seseorang berseru dari luar kamarku, aku baru saja selesai shalat.
Tampak wanita separuh baya berlari tergopoh-gopoh ke arahku.
“Ada apa, bi?”
“Mbak Shaima, Mas” pembantu di rumahku itu kelihatan cemas “Mbak Shaima meninggal barusan.
Deg, Sajadah yang baru saja aku lipat terlepas dari tanganku. Deadline kematian tak bisa diketahui, hanya tuhan yang tahu.[]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar