Rabu, Februari 25, 2015

PESONA FAI

sumber gambar: google, anime

Oleh: Nadia Rahmatul Ummah
“Whaa, unyu-unyu juga”
Della menjerit dengan tatapan gemas ke arah seorang laki-laki berseragam putih abu yang duduk di  bangku guru dengan laptop yang terbuka, ia sedang memperhatikan murid lain yang tengah presentasi di depan kelas. Untungnya jeritan Della tak terdengar oleh penghuni ruangan, apalagi si gadis yang suka banget sama permen lollipop ini menjerit dalam hati.
“Hai, kenalin, nama gue Della”
Seraya mengambil tempat duduk dan tersenyum kepada sosok berjilbab yang dikagetkan oleh kedatangan Della, seolah seperti melihat mahluk aneh dari planet yang belum terdeteksi oleh manusia.
“Namaku Arleta”
Si gadis berjilbab membalas senyum Della yang dengan pede-nya memakai rangkaian produk make-up ke sekolah, terlihat dari polesan bedak dan bibirnya yang merah serta pipinya yang merona. Bila diperhatikan satu persatu setiap murid yang hadir di kelas sepuluh SMA ini tak ada satu pun yang memakai make-up dan bergaya chibi-chibi seperti Della, setelan seragam putih abu yang dilengkapi dengan cardigan pink dan sepatu pink pula tampak meyakinkan bahwa Della seorang gadis yang centil.
“Maklum siswa pindahan”
“Ish, menor banget, sich”
“Lhaa, sepatunya kok pink? Kan sekolah kita peraturannya sepatu item”
Bisik-bisik tetangga mulai menggema, tapi Della tak peduli dengan semua itu, wong Della lagi memperhatikan wajah laki-laki yang dianggapnya unyu-unyu itu, kalau sudah begitu Della tak akan pernah peduli dengan lingkungan di sekitarnya.
“Della”
Si gadis berjilbab yang duduk di sebelahnya mencoba memulai pembicaraan.
“Ah, iya?”
Della sedikit kaget karena gadis itu bukan hanya memanggilnya tapi menepuk tangannya, ia menoleh ke arah gadis yang tengah tersenyum itu.
“Kamu pindahan dari mana?”
“Dari Bandung”
“Kenapa pindah?”
“Hmm…” Della berpikir sejenak “Gak betah”
“Oh” Arleta tersenyum “Mudah-mudahan disini kamu bisa betah”
“Semoga saja”
Arleta dan Della tertawa ringan, ada sedikit suasana kehangatan yang mulai menjalar di antara mereka.
“Kapan-kapan nanti kamu main ke rumahku, ya?! Disana ibuku buka salon khusus muslimah”
Arleta mulai bercerita.
“Benarkah?” mata Della berbinar, bisa ditebak satu kata yang membuat matanya bisa berbinar, salon.
            Arleta mengangguk mantap.
            “Wah, boleh tuh, gimana kalau besok?”
            “Oke, Della”
            Arleta mengacungkan jempolnya.
“Oh,ya, cowok yang di depan itu siapa namanya?”
Della menunjuk ke arah laki-laki yang sedari tadi ia perhatikan.
Arleta tersenyum “Oh, namanya Fairuz”
“Namanya indah banget …”
Della bergumam.
“Eh, iya. Kamu belum memperkenalkan diri ke teman-teman di kelas, maaf ya, guru kami sedang sakit, kalau ada guru biasanya beliau yang memperkenalkan siswa baru di kelas”
Ujar Arleta.
“Oh, gitu, gak apa-apa, kok!”
Della tersenyum, tapi matanya menatap lekat pada laki-laki yang bernama Fairuz.
“Abis presentasi di depan, kamu harus kenalin diri kamu di depan, ya?! Nanti aku bilang ke Fairuz”
“Hah? Fairuz?”
Kali ini Della menoleh ke arah Arleta.
“Iya, dia ketua kelas”
“Whaa, kereen!”
Della berseru dan Arleta hanya geleng-geleng kepala.
# # #
            Arleta menggenggam secarik kertas merah muda yang membuatnya bergidik dan menghilangkan senyum manisnya pagi itu, sekuntum mawar merah bertengger di dalam tasnya yang terbuka, dan ini yang ketiga kalinya, dari orang yang sama.
            “Ciee, Arleta dapat bunga”
            Della mengagetkan Arleta dari belakang.
            “Bukan apa-apa, Dell, Cuma bunga doang”
            “Masa sich?”
Tatapan Della menggoda dan menginterogasi, Arleta, gadis berjilbab itu salah tingkah dibuatnya.
“Itu ada ucapannya”