Jumat, Maret 22, 2013

KARENANYA AKU KEMBALI

     Alunan minus one "Muhasabah Cinta" -nya Ed-Coustic mengingatkanku akan masa dimana aku berdiri dan memainkan musik bersama teman-teman-ku, tiga tahun yang lalu, dan aku kembali, tapi dengan teman yang berbeda, penampilan yang berbeda, musik yang berbeda dan sekarang tak ada alat musik yang aku mainkan, hanya beberapa bait puisi karya seorang teman penulis juga yang kubacakan.
Aku kembali setelah sekian lama aku hilang, lenyap.
     Aku kembali, aku menemukan diriku yang suka musik, lukisan, puisi, cerita dan dongeng. Ada seseorang yang telah membantu menemukan diriku sendiri, karenanya aku kembali.

Pentas Sederhana Kemarin Sore

      Menurutnya aku tak boleh takut menunjukkan siapa diriku, tak boleh takut untuk menunjukkan potensiku. Dan itu semua mengingatkanku kembali pada bait-bait puisiku yang dibuat lagu ketika aku masih bersama band indie-ku.

Mencoba Memetik Gitar kembali

      Ingin rasanya aku mempersembahkan sebuah lagu untuknya, selain suaraku yang pas-pasan, tapi apa daya aku sudah lama tak bisa memainkan drum lagi, petikan gitar hanya mampu sedikit saja, tak akan mampu mempersembahkan sebuah lagu untuknya. Oleh karena itu aku menyusun mozaik kata ini untuknya. Aku tahu, ini mungkin tak sebanding dengan kado-kado yang dikirim oleh teman-teman lain.
      Semoga ini menjadi kenangan terbaik untuknya jika aku sudah tak lagi bersamanya.
      Aku ingin berterima kasih padanya, ia yang telah membawaku pada teman-teman lain yang menyenangkan, dan aku bisa tersenyum setiap hari.

Selepas Kegiatan Kampus
Saat Suasana Kuliah yang Berbeda

Sebelum Beranjak dari Apartemen Teman

Tarik Senyum

Di Pasar Apung Ah Poong

      Belakangan ini dia puitis, katanya ini karena dia hidup di sekeliling para penulis sepertiku dan teman-teman penulis lainnya yang dekat dengan kami, sungguh, ini merupakan apresiasi yang berarti bagiku.
      Hari ini adalah hari ulang tahunnya, aku berdoa pada Tuhan supaya dia bertambah dewasa agar lebih mengerti arti kehidupan ini, ingat, sobat, usia ini bukan sekedar angka saja, ada makna yang haru difahami dan tujuan yang harus digapai oleh kita. Maaf, aku tak bisa mempersembahkan sebuah kue tart atau kado cantik.

Hanya Ilusi
      Hmm, sampai saat ini begitu banyak cerita yang kami bagi, ada cerita sendu, cerita bahagia, dan cerita konyol, semua kami bagi bersama. Dan saat itu juga aku merasakan memiliki teman dan sahabat yang sebenarnya.

Histeria

NAS .. :D

Rihlah Kami

Aksi Mahasiswa
      Mungkin cerita-cerita kami kebanyakan cerita gila dan konyol, itu untuk menghibur diri kami sendiri, untuk menghadirkan tawa dan senyuman di antara kami. Kami memang tidak seperti kebanyakan yang lain di luar sana yang setiap jalan-jalan bersama kekasih atau gebetannya. Kami jalan dan nonton juga dan itu merupakan "kencan" kami yang mengasikan saat melepas penat, jalan bersama sahabat adalah jalan-jalan yang paling menyenangkan.

Film yang Kami Tonton

Tiket Kenangn Pelepas Penat


      Sebenarnya tak akan cukup jika kuungkapkan tentangnya disini, masih banyak yang berkesan darimu.
     Aah. (Menarik nafas sejenak)...

MET MILAD, SELVY SAFITRI ....!! :-)


Rabu, Maret 20, 2013

LOVE CAN CHANGE US

      Cinta.
      Mengertikah kau tentang cinta? satu kata yang tak akan pernah bosan dibicarakan oleh setiap mahluk yang bernafas di dunia ini, bahkan angin pun tak bosan-bosannya mendesau membisikkan kata cinta, juga daun-daun yang bergesek hingga berjatuhan mereka tetap melafazhkan kata yang paling populer ini.
     Tapi, apa kau mengerti tentang cinta itu sendiri?
     Teringat seorang teman yang memaparkan definisi cinta menurut dirinya. Cinta itu membuat kita ikut menangis saat dia merasakan kesusahan atau kesakitan, ikut tersenyum saat dia berbahagia, cinta itu tidak memaksanya menjadi apa yang kita mau. Cinta bukan nafsu yang hanya ingin menyentuhnya terus-menerus. Cinta bukan suka yang membuat jantung berdegup kencang, hati kebat-kebit, tangan berkeringat dan suara terasa tercekat di tenggorokan saat di dekatnya. Cinta juga bukan kemujuran yang hanya ingin memamerkan dia yang hebat.


        Tahukah, teman? Cinta itu bisa membuat kita berubah, menjadi apa pun itu. Ingatkah pernyataan yang mengatakan bahwa cinta bisa membuat raja menjadi hamba dan hamba menjadi raja, cinta bisa membuat orang yang lemah menjadi kuat dan cinta bisa membuat orang yang kuat menjadi lemah. Maka cinta juga bisa membuat yang mati menjadi hidup kembali. Kalian percayakah itu?.
       Alkisah ada sekelompok mayat manusia, tapi dia bisa berjalan, makan, berbicara namun sengau, dan yang mereka makan adalah manusia sendiri, mereka akan memakan otak kita jika mereka berhasil melumpuhkan kita, dan mereka dijuluki zombie si mayat hidup. Mungkin diantara kalian memperkirakan zombie itu tak punya perasaan, hatinya telah mati.
      Tapi, Tidak!
      Lihatlah, salah satu diantara sekelompok zombie itu telah jatuh cinta pada seorang anak manusia yang cantik jelita di matanya, ia melindungi gadis itu dari cengkraman teman-teman zombie-nya yang hendak menjadikan gadis itu santapan. Cinta, karena cinta lah akhirnya zombie itu rela melakukan apa saja demi melihat gadis itu tak bersedih hati, padahal zombie yang bernama "R" itu telah memakan otak kekasih gadis itu, --gadis itu bernama "Julie"--.


      Menurut manusia lain zombie alias mayat hidup itu tidak dapat meneteskan air mata, merasakan mimpi sebagai bunga tidurnya, dan tidak dapat merasakan hatinya kebat-kebit atau jantung yang berdegup kencang.
      Kenyataannya, si "R" ini bisa merasakan bunga tidur dan meneteskan air mata, secara perlahan ia berubah, tahukah kalian? "R" berubah menjadi manusia, ia merasakan sakit saat peluru menebus dadanya, dan mengeluarkan darah, darah segar. Begitu pun dengan zombie lainnya, mereka secara perlahan berubah, memiliki perasaan, jatuh cinta, suka, kagum dan perasaan lainnya.
      Akhirnya mereka bisa hidup bersama dengan manusia. Begitulah, cinta bisa merubah mayat hidup menjadi manusia. Intinya cinta bisa merubah segalanya sekali pun itu tak terpikir oleh logika kita, tapi kita punya Tuhan yang mampu merubah apa pun itu.
Terinspirasi dari film WARM BODIES dan seorang teman di kelas.

Jumat, Maret 08, 2013

KATAMU AKAN ADA PELANGI DI ESOK HARI


     Seperti guyuran hujan, hawanya begitu membekukan, dan ini membekukan aliran darahku, nafasku, detak jantungku, dan denyut nadiku. Jangan dikira aku telah mati, aku masih hidup, namun hidup dalam kematianku. Aku masih hidup, buktinya saja kamu masih bisa melihat air mataku yang jatuh satu persatu dan aku melihat matamu berkaca-kaca. Kasihankah kamu padaku? Tak tegakah kamu melihat seorang wanita menangis? Apalagi air mata yang dikeluarkan adalah air mata karenamu, air mata untuk semua perasaan takutku, air mata kehilanganmu.
     Jangan bilang kamu lupa dengan perkataanmu,
"Akan ada pelangi di esok hari"
     Kenyataannya tak ada, yang tiba hanyalah awan mendung diikuti gelegar petir yang seolah ingin menyambarku disusul dengan deras hujan yang ingin mengguyurku sepuasnya. Masih ingatkah? Katamu hujan itu indah dan mengasikan namun terkadang menakutkan, dan sekarang bagiku hujan tidaklah indah ataupun mengasikan.

 
      Ah, mungkin kamu lupa, atau pura-pura lupa?. Ya, kamu memang pelupa, makanya aku sering mengingatkanmu walaupun itu hal kecil yang seharusnya kamu ingat-ingat sendiri. Aku sudah seperti sekretaris pribadimu saja, padahal aku hanya sosok yang pernah mengisi ruang hatimu, entah berapa lama, aku tak tahu pasti. Ya, mungkin kamu lupa, kamu berjanji padku akan mengajakku menonton, jalan-jalan, menulis untukku, dan membawa hubungan kita kepada kebahagiaan meski di sekeliling kita tak mungkin menyetujuinya, belum genap dua bulan kamu mengatakannya, apa kamu sudah melupakannya sekarang?.
     Sebatang cokelat kirimanmu kemarin malam tak mampu menghalau gelisah dan galauku, walau sebenarnya aku salut padamu, rupanya kamu tahu malam itu aku membutuhkan cokelat sebagai penawar galauku.

 
    Dalam sekejap saja aku bisa menjadi menjadi kekanakan seperti sifatmu, manja seperti dirimu, itulah aku, seorang wanita yang telah terluka olehmu, oleh lelaki yang pernah mengisi hari-hari bahagia dan sedih, lelaki yang pernah menjanjikan tibanya pelangi di esok hari.
    "Maafkan aku, menyimpan terlalu dalam perasaanku padamu"
      Setelah semuanya berakhir, aku ingin sekali menjauh darimu, tak ingin melihat wajahmu bahkan batang hidungmu, tapi tetap saja tidak bisa. Jika aku bisa, ingin sekali aku menghilangkan ingatanku tentangmu dan semua yang berhubungan denganmu karena mengingatmu membuatku harus menarik nafas dalam, sakit.



Saat kamu menyatakan perasaanmu padaku, aku seperti mendapat hadiah terindah dari tuhan, Karena ternyata perasaanku tak bertepuk sebelah tangan, banyak sekali hal yang membuatku mengungkapkan rasa sayangku padamu, kamu telah membuat diriku berarti di mata orang lain, kamu juga yang membantu mewujudkan salah satu mimpiku, kamu juga yang membuatku begitu berharga, kamu yang selalu membuatku tersenyum meski aku sedang sedih sekali pun, terima kasih atas semua kebaikanmu.
Sebelum kamu menjadi kekasihku, kamu adalah teman terbaikku, sahabat terbaikku, kamu tahu sendiri, kan, sampai umurku yang kepala dua ini aku baru menemukan sahabat yang mengasikan, kamu juga menganggapku begitu, mungkin, karena yang aku ingat sebelum kamu menjadi kekasihku sebelum kamu selalu mengirimiku sms gombalmu kau sering curhat tentang wanita yang kamu sukai, selalu, dan dari sana aku menilai dirimu adalah lelaki romantis yang pernah kukenal.

Mengertikah kamu? Setiap hari, jam bahkan detik, aku selalu menunggu dering sms mu yang masuk ke handphone-ku, tapi jarang aku beruntung mendapat sms seperti dulu lagi dengan kata-kata konyolmu, permintaan bantuan padaku, aku hafal, jika kamu sms aku kamu pasti ada maunya, minta bantuan mengerjakan tugas atau curhat, selain itu tak ada, sampai-sampai aku hafal kisahmu dari awal.
Rasa rindumu entah menguap atau tersembunyi? Atau bahkan kamu menghiraukan rasa rindu yang ingin singgah?.
Kamu berkata ini jalan terbaik untuk memperbaiki diri agar tak salah jalan lagi, aku mengerti itu dan sangat menghargai, aku pun merasa begitu, terlalu bnyak hal negative yang kudapat dari perasaan indah ini, gelisah, cemburu, iri dan dosa.
Jika aku diminta untuk menilaimu dari angka 1 sampai 10 , kamu termasuk orang yang mendapat nilai 9,5 atas sikap pengertianmu, sikap perhatianmu, penghargaanmu terhadap sosok yang bernama wanita, kamu pernah menjelaskan kepadaku bahwa kamu tak ingin menyentuhku sedkitpun karena takut terjadi hal-hal yang tidak diingkan, aku kagum padamu.
Aku tahu hati itu bukan milik kita, aku, kamu atau dia, tapi hati memang terkadang punya keegoisan, aku cemburu terhadap orang-orang yang dekat denganmu, apalagi siang tadi seorang wanita mengaku sering smsan denganmu, jujur, aku cemburu.
Entahlah, aku rasa aku sudah gila, memikirkanmu terus.
Semoga pelangi akan hadir esok hari. 
Untuk seseorang yang pernah memberi rasa.

MAU JADI PENULIS? GABUNG, YUK...!

Halo, sobatku yang cantik-cantik dan ganteng-ganteng...! Suka curhat lewat tulisan? apa kalian termasuk penulis status dan komentar di facebook juga mention sana-sini di twitter? atau hanya menulis buat diposting di blog?.
Mau curhatan dan statusmu dikemas menjadi tulisan-tulisan yang keren dan inspiratif? Gampang, kok, kalian tinggal belajar nulis, --mau itu tulisan non fiksi berupa esai dan artikel atau tulisan fiksi berupa cerpen dan novel-- bersama kami, FLP (Forum Lingkar Pena) Depok, sarangnya penulis-penulis hebat seperti Mbak Helvy Tiana Rosa, Asma Nadia, Mas Koko Nata dan penulis hebat lainnya.
Tertarik ....?
Ayo Gabung ...!



Kamis, Maret 07, 2013

SENYUMAN TERMANIS




Karya: Nadia Rahmatul Ummah

Mungkin aku tak akan pernah tersenyum bahagia
Sebelum mentari tampak di ufuk Timur
Sebelum burung-burung manis bernyanyi merdu meloncat-loncat diatas dahan pohon bunga sepatu di halaman rumahku
Dan mungkin juga aku tak akan pernah menghapus air mataku
Sebelum hembusan angin menerpa lembut pipiku di pagi ini.
Kau juga akan tahu, aku tak akan pernah tertawa riang
Sebelum kucing-kucing kecil bermain petak umpet di pojok kelasku

Ternyata semua itu kudapati sekarang
Aku dapat menghapus air mataku, tersenyum menyambut pagi dan tertawa mendengar gurauan teman

Kau tahu sebabnya ?
Semua itu hanya karena sebuah senyuman
Senyuman termanis yang pernah dipersembahkan untukku,
Entah itu tulus atau sekedar mainan, yang ku tahu saat itu aku bahagia
Ya, karena senyuman itu terkembang dari merahnya bibir dan wajah putih bermata kecil.
Dan itu adalah senyuman termanis pertama bagiku.

Bojongkaum no 50, 17 Januari 2010
 Buku Antologi Puisi PENA HATI hal. 53

Minggu, Maret 03, 2013

KOPI TERAKHIR DARIMU #Part 1

Oleh: Nadia Rahmatul Ummah
“Nyeduh kopi lagi, Kei?”
Suara seseorang di ambang pintu dapur mengagetkanku yang sedang menyalakan kompor gas, aku membalikkan badan, mencoba memperhatikan sosok yang berdiri di sana. Lampu dapur yang redup membuatku tak sanggup mengenali wajah dan sosok tubuhnya yang hanya bayangan apalagi aku tak ditemani kacamata minusku, ah, mungkin Diana atau Elphina yang baru pulang dari kampus.
Suara sendok dan mug beradu merdu, menciptakan irama dalam benakku, ada nada dan cerita di dalamnya yang harus segera aku tuangkan dalam sebuah tulisan. Meski di luar hujan dan suara petir yang menggelegar tak mengubah melodi dalam benakku ini.
Kini mug cantik pemberian temanku, Dwi, khusus yang dibuat olehnya untukku telah terisi oleh kopi moccaccino yang selalu membuatku tergiur oleh aromanya. Mug hadiah ulang tahun ke-21 itu tersenyum padaku seperti potret dan hiasan pada mugnya.
“Assalamu’alaikum …”
Suara nyaring yang aku kenal kini mengubah suhu ruangan yang dingin menjadi hangat, Diana. Gadis remaja yang lembut asal Ranah Minang itu masuk rumah kontrakan kami yang terhitung paling besar di komplek Kampus ini.  Bisa ditebak ia masuk sambil tersenyum dan menggendong tas ranselnya di depan dada.
Wa’alaikumsalam, Diana …!”
Aku menyahut riang dari kamar, kebetulan kamarku dekat dengan pintu masuk kontrakan yang terlihat menyeramkan jika dilihat dari luar, hanya terlewati oleh satu kamar.
“Kei, sudah makan, belum?”
Selalu, ia akan mengajukan pertanyaan serupa jika ia pulang dan mendapatiku sedang memelototi laptop atau sedang menggoreskan pensil di atas sketch book.
“Sudah, Na” aku tersenyum, “sendirian?”
“Sama Elphina”
“Elphina? Bukannya …”
Ah, bukannya tadi Elphina ada disini bersamaku?, aku ingat sosok bayangan hitam yang berdiri di ambang pintu dapur, menemaniku menyeduh kopi.
“Kenapa, Kei?”
Elphina muncul dari belakang Diana, masih dengan seragam kampusnya yang hampir basah kuyup karena hujan di luar.
“Ah, El” aku mencoba menyembunyikan rasa heranku “aku kira kamu gak pergi ke kampus”
Elphina, gadis remaja berperawakan kecil seperti diriku asal Lampung itu geleng-geleng kepala.
“Aku dan Diana satu kelas, Kei” ujarnya “Kamu ini seperti orang pikun saja.
Aku tertawa disambung oleh derai tawa mereka, walau suasana menjadi hangat aku tak dapat mengubur rasa heranku bahkan sekarang menjadi rasa takut, aku ingat cerita pemilik kontrakan ini tentang mahluk halus berambut panjang yang menghuni kontrakan tempat aku, Elphina, Diana dan tujuh orang lainnya tinggal.
# # #
            “Kopinya enak, ya?”
            “Enak, apalagi yang cappuccino, El” aku menjawabnya tanpa menoleh ke sumber suara.
“Apa?”
“Ya, kopinya emang enak apalagi yang cappuccino”
“Aduh, Kei, kamu ngomong sama siapa sebenarnya?”
Aku menghentikan tarian jemariku di atas keyboard laptop, dan menoleh ke arah Elphina yang menghampiriku.
            “Lah, bukannya kamu tadi nanya tentang kopi yang aku minum ini” aku menunjuk mug cantik bergambar sebuah novel karya aku dan Dwi serta gambar kami yang berdiri manis sambil tersenyum.
            “Hmm”
            Elphina menggelengkan kepala, raut mukanya keheranan dan sedikit kekhawatiran.
            “Oia, cerpenku sudah mau selesai, nanti dibaca, ya?!”
            Kini Elphina menganggukkan kepalanya, lalu berdiri dan hendak meninggalkanku di kamar bercat ungu muda ini.
“Mau kemana, El?”
“Wudhu, mau shalat”
Aku mengalihkan pandanganku ke arah jam analog di laptopku, jam 21.25. Aku belum shalat Isya.
“Kamu sudah shalat Isya?”
Aku menggeleng “nanti saja, tanggung, sebentar lagi selesai”
Aku kembali ke hadapan mesin uangku dan jemariku kembali menari di atas keyboardnya, suara ketikannya nyaring, tapi terdengar samar di telingaku karena earphone yang kupasang di telingaku sedang melantunkan lagu rocks, kencang.
Aku menyeruput cappuccinoku yang tinggal setengah dari mug cantik, sensasinya kembali menjalar ke badanku, pandanganku mulai sedikit kabur, kepalaku terasa sedikit pening dan jantungku kembali berpacu lebih cepat dari sebelumnya, luapan ide-ideku kembali ingin dimuntahkan, aku terus mengetik, menyajikan tarian indah.
Kopi, minuman favoritku selain teh yang kutemui di beberapa restorant Jepang di daerahku. Moccaccino, espresso, cappuccino dan coffee latte adalah daftar kopi yang sering aku pesan jika berkunjung ke CafĂ© Orange di food hall plaza.  Cappuccino, ia teman terbaik, dengannya aku dapat merangkai kata-kata, seperti dua tahun lalu ketika aku masih duduk di bangku kelas sastra di SMA-ku. Espresso, walau pahit harus tetap kunikmati, karena dari sana aku dapat megerti hidup ini memang banyak pahitnya. Moccaccino dan coffee latte, ah yang ini sangat memuakkan coffee latte yang terlalu manis bagiku membuatku tak ingin mempercayai lagi sosok laki-laki yang pernah memberiku buket bunga mawar merah dan boneka beruang besar setahun lalu, tapi aku tak boleh membenci coffee latte dan moccaccinonya, terlalu kejam.
            Tik … tik … tik … suara jarum jam dinding di luar kamarku, tepatnya di ruang televisi mengisi malam yang sepi, dan jam analogku menampilkan angka 23.30. Kopi cappuccinoku telah habis. Aku bergegas ke dapur membawa mug kosongku.
“Mau nyeduh kopi lagi?”
“Ya, naskahku belum selesai, takut ketiduran” aku menjawab suara dari kamar kami, aku dan Elphina.
“Kenapa kamu bangun jam segini? Belum ngerjain tugas, ya?”
Lima detik, tak ada jawaban dari kamar, ah, pasti Elphina hanya terbangun sebentar.
Aku jadi teringat, aku belum shalat Isya. Ah, tapi nanti saja, kan masih ada waktu.
“Kopinya enak, ya?”
“Enak, El”
Aku menoleh ke belakang, mencari sosok Elphina yang baru saja berdiri di ambang pintu dapur yang lampunya redup.
“El?”
Bayangan itu lagi, bukan Elphina atau Diana, postur tubuh mereka tak setinggi itu, dan rambutnya tak sepanjang bayangan itu.
“Oh, kenapa kamu belum tidur?”
Suara tawa nyaring menyambut pertanyaanku yang mencoba menghalau rasa takut. Suara sendok dan mug berbunyi nyaring, di luar tak ada suara jatuhnya air hujan, yang ada hanya suara langkah-langkah kaki petugas ronda menyatu dengan irama mug dan sendok serta detakan jantungku yang berpacu cepat.
Bersambung ke Part 2 .... ^ ^