Kamis, September 27, 2012

YANG DIHARAPKAN DARI KALIAN

Tak ada yang kami inginkan lagi saat ini kecuali menulis,menulis dan menulis, kata-kata tadi pernah aku dengar dari seorang teman sesama penulis. Seperti hal nya aku dan orang-orang yang mungkin sama denganku, meski aku tak pandai mengutarakan kata-kata yang ada di benak dan pikiran secara terang-terangan dalam artian aku tak pandai berbicara tapi aku mengutarakan semua yang ingin aku katakan lewat rangkaian kata yang kutulis.
Inilah kelebihan kami, kami bisa mengutarakan secara sistematis dengan tulisan berupa puisi, cerpen, catatan harian atau hanya sekedar gambar.
Diantara kami juga ada yang unggul dalam berbicara. Tapi sekarang bukan itu yang ingin aku sampaikan kepada kalian.
Kemarin, setelah terbitnya buku antologi puisi pena hati kami berkumpul untuk sharing, sebagai seorang penulis tentunya kami ingin menerbitkan karya-karya yang lebih bermanfaat lagi bagi orang-orang. Kami ingin ada orang-orang yang mengikuti jejak kami, khususnya orang-orang terdekat kami. 

Dari kanan atas (Rachmat, Ade, Galih, Agus, Dwi (kerudung coklat), maya, Nadia, Anis)

Menulis, itulah yang kami harapkan dari orang-orang terdekat kami. Tak ada yang sulit saat melakukan kegiatan yang satu ini, seperti yang kami alamai, kami hanya perlu menggerakan jemari diatas keyboard atau memegang pena untuk merangkai kata-kata, yang paling penting dalam menulis adalah "hati", semua bisa menjadi penulis yang diterima oleh pembaca dengan ini, menulis dengan hati.


Berkarya, itulah yang kami harapkan dari kalian, teman-teman, sahabat, kelurga dan para pembaca karya kami.
Semoga kita tak melupakan budaya menulis yang bisa mencerdaskan.

Rabu, September 26, 2012

KAU YANG MENGESANKAN

Hai... hai ... kali ini aku akan berbicara tentang hal yang paling berkesan dalam hidupku,
ah, tapi siapa yang mau baca tulisan tentang kehidupanku, aku hanya seorang penulis freelance yang kadang tak punya penghasilan selama berbulan-bulan (parahh), dan aku juga bukan artist yang ceritanya sering diburu orang dan reporter televisi. Lebih parah lagi orang-orang selalu melihat belakangku bukan aku saat ini (ceritanya aku ini sudah move on).


Oke, kembali ke pembicaraan awal tentang hal yang paling berkesan. Sudah pasti hal yang mengesankan itu tak akan pernah terlupakan. Saat ini aku tidak berbicara tentang kejadian atau kegiatan yang mengesankan,tapi aku berbicara tentang sosok teman yang paling mengesankan dalam hidupku.  
Seorang yang bijaksana di mataku, wajahnya selalu memancarkan keteduhan hatinya, aah, kalau dekat dengannya akan merasakan kenyamanan. Betapa mengagumkannya kau.

Aku dan Dwi Angesti (Berjilbab biru)

Sering sekali aku berkeinginan seperti kau yang istiqomah dengan hijab lebarnya, jika aku seperti kau mungkin Abi dan Ummi-ku akan menangis terharu. Tapi kenapa ini masih terlalu sulit bagiku?.
Sungguh, aku kagum padamu, halaman ini tak akan cukup jika aku tuliskan kesanku tentangmu.


Selama aku sekolah aku tak pernah menemukan teman sehebat kau. Dulu, tak ada seorang pun yang menemaniku mengarungi jalan yang seharusnya Hamba Allah tempuh, jalan pejuangan yang sering kita sebut dakwah dan tarbiyah, karenanya aku terlalu lelah dengan lingkunganku dulu yang hanya memikirkan duniawi saja. Meski aku dilahirkan di keluarga yang Islami, tapi lingkungan sekolahku berbeda, bayangkan saja aku di dunia pariwisata yang berbeda jauh dengan dunia dakwah dan tarbiyah.
Aku masih berjalan tertatih menyusuri jalan Allah yang seharusnya. Aku akan semangat jika kau ada dan kuingat.

Karena kau yang paling mengesankan, Dwi Angesti.

Selasa, September 25, 2012

JATUH CINTA PADA GIGITAN PERTAMA

Aku baru mendengar namanya,
terdengar asing di telingaku,
Tadinya aku tak niat mendekati tempatnya berdiri,
hanya saja melihat tampilannya begitu menarik di mataku.

Saat aku hendak mendekatinya
tercium wangi yang begitu menggoda
membuatku semakin penasaran,

Dan aku ingin mendapatkannya,

Ah, tak perlu waktu lama untuk mendapatkannya,
satu menit saja sudah ada di tanganku,

Hmm, aromanya semakin tercium,
nikmat,
dan aku tak sabar ingin merasakannya,

Dan, 
Gigitan pertama membuatku jatuh cinta
pada Roti Boy.

Jakarta Selatan, 23 September 2012

AKU TAK BISA MENDENGAR SUARAMU

Masih disini, 
Bersama bayu yang selalu berhembus
dan suasana malam.

Tetap menunggumu, 
Tapi bukan ragamu yang aku tunggu
hanya suaramu,

Karena aku tak bisa melihatmu
berdiri atau pun duduk di depanku

Aku hanya bisa mendengar suaramu
biasanya,
Namun, sudah lama aku berdiri disini,
menunggu suaramu.

Tak ada
karena kali ini
Aku tak bisa mendengar suaramu.

Selasa, September 18, 2012

TADI MALAM AKU BERMIMPI TENTANG KAMU

Tadi malam,
Saat aku memejamkan mata dalam tidurku
Ada kamu dalam gelap,
Diiringi sekelompok kunang-kunang
Memberi warna kuning terang membalut tubuhmu,

Tadi malam,
Dalam tidurku kau menemuiku
Padahal aku tak pernah berpikir tentangmu
Mengenal kamu pun aku belum pernah,

Tadi malam, 
Aku bertemu denganmu dalam mimpiku
Tersenyum
Mengajakku pergi.

Depok, 19 September 2012

Minggu, September 16, 2012

SECANGKIR MOCACINNO, STICK DRUM DAN JILBAB MERAH


Oleh: Nadia Rahmatul Ummah

Juara 1 Lomba Cerpen Jilbab Pertamaku STEI SEBI
 
                        “Bagaimana penampilanku?” Aku memutar badanku bak seorang peragawati di depan teman-teman.
                        Shofi, Anggi, Astri, dan Jelly tampak geleng-geleng kepala sambil berdecak kagum, selalu begitu, setiap aku meminta pendapat mereka dalam mengenakan pakaian atau gaya rambut baru mereka akan terpana seolah tersihir dengan hasil make overku. Meskipun aku bukan gadis yang bertubuh tinggi, langsing,dan cantik tapi aku bisa berpenampilan mengesankan dengan pakaian yang melekat di tubuh kecilku ini.
                        “Keren, Nad!” Jelly berseru seraya bangkit dari duduknya, cowok berperawakan tinggi besar itu memperhatikanku dengan rok payung selutut bercorak polkadot kecil dan baju lengan pendek yang kupadukan dengan jas Korea yang kubeli di sebuah Mall di Tasikmalaya.
                        “Nadia cute!” Astri memegang pipinya sendiri tanda ia gemas melihatku, biasanya Astri menilainya dari rambutku, kali ini rambutku yang panjangnya sebatas pinggang kubiarkan tergerai menampakkan bergelombangnya rambut hitamku, hanya dihiasi sebuah kupluk yang berwarna senada dengan jas yang kukenakan, merah.
                        “Benarkah?” aku ingin memastikan sekali lagi bahwa penampilanku sempurna. Keempat temanku mengangguk-anggukan kepala mereka.
                        Pagi ini, di hari Minggu aku dan keempat temanku berkumpul di kamar Shofi untuk mempersiapkan diri karena siang harinya kami akan menghadiri undangan manggung dari sebuah Cafe milik guru Tata Hidang kami di Sekolah Menengah Kejuruan Pariwisata. Undangan manggung ini sangat istimewa bagi band lokal atau band indie seperti kami karena tak jarang ada produser musik yang menjadi pelanggan di Cafe itu, Nah, siapa tahu kami dapat tawaran rekaman.
                        Cukup lama kami mematut diri di depan cermin, tak terkecuali Jelly yang selalu mengutamakan penampilannya, hari ini dia memakai baju kaos warna putih yang dipadukan dengan rompi hitam dan celana levis warna hitam juga, sederhana namun fashionable. Anggi, gadis bertubuh montok itu memakai celana jeans biru dan baju kaos lengan panjang berwarna pink lembut, rambut lurusnya dikucir di belakang. Shofi dan Astri mereka memakai baju dengan tema sama, jeans biru dan kemeja kotak-kotak.
                        Setelah sekian lama mengurus penampilan kami berangkat ke Cafe Arts dengan jalan kaki, karena lokasinya memang dekat dengan rumah Shofi yang berada di komplek asrama Polisi atau yang biasa kami sebut Aspol. Cafe Arts, sebuah cafe bertema Eropa Continental itu tampak ramai dengan para pengunjung dan pelanggan.
                        Ini pertama kali kami manggung di Cafe Arts, membawakan sebuah lagu berjudul I’m Falling In Love milik J-Rocks, sebuah band bergaya Harajuku. Aku tampil sebagai drummer dengan stick drum kesayanganku, Shofi dengan alunan pianonya, Anggi memegang bas, Astri memainkan gitar dan Jelly tampil memukau dengan vokalnya. Itulah kami, D’licious Band.
# # #
                        Aku melangkahkan kakiku ke kantin sekolah, baru saja beberapa langkah mendekati stand minuman.
                        “Bruk!”